Oleh: Yenni Sarinah, S.Pd.
(Penulis Ideologis Riau, Alumni PERS Mahasiswa AKLaMASI Universitas Islam Riau, Anggota Forum Lingkar Pena Pekanbaru, Riau)
Menulis tak sekadar merangkai kata. Apalagi mendikte situasi menjadi sebuah karya tulis. Menulis adalah cerminan ilmu. Tidak semua orang menulis untuk memantulkan cermin keilmuan yang ia miliki untuk diarahkan kepada kebaikan. Tapi, semua penulis melalui tulisannya telah sangat jelas memantulkan cerminan keilmuan yang ia miliki.
Namun, tak semua jenis tulisan itu baik. Terkadang ada pula tulisan itu sampah bagi masyarakat. Semua itu berawal dari sudut pandang penulis. Jika benar sudut pandangnya, maka bermanfaatlah tulisannya bagi peradaban. Jika salah dan sengaja salah sudut pandangnya, maka jelas tulisannya adalah sampah bagi peradaban.
Selain butuh niat yang kuat, memunculkan rasa suka dengan kegiatan menulis, menulis juga perlu cita-cita yang panjangnya hingga akhirat. Menulis untuk kebangkitan peradaban Islam, menulis untuk perang opini melawan opini kaum kuffar dengan kebodohan mereka dan sifat perusak mereka, menulis untuk mengajarkan kebaikan, menulis untuk menyelamatkan pemikiran umat, adalah visi dan misi menulis yang terhitung perbuatan mulia dan disukai Rabb semesta alam.
Belajar dari para ulama, mereka mengikat ilmu, sedikit atau banyak dengan menulis. Hal ini menjadi kunci sukses bagi kita, para pemula dalam mengikat ilmu.
Menulis ibarat memperpanjang usia kita. Dengan tulisan yang baik dan bermanfaat bagi orang banyak, akan menjadi ladang pahala yang tak putus bagi kita kelak di akhirat. Berapa banyak ulama yang umurnya telah tutup usia, tapi karya-karyanya masih bisa kita baca hingga saat ini dan amat bermanfaat bagi umat yang datang belakangan seperti kita.
Kiat Menulis bagi Pemula
Agar menulis bisa menjadi kesenangan yang hakiki, berdasarkan pengalaman yang sudah saya lakukan, setidaknya ada 16 cara untuk mulai menulis agar menghasilkan karya tulis yang bisa diabadikan di platform digital dan buku antologi. Kiat itu antara lain:
1. Rajin Membaca
Rajin membaca buku karangan ulama kontemporer, novel Islami, atau karya sastra yang bernuansa Islami bisa menjadi salah satu cara untuk memulai menulis karya untuk peradaban Islam. Karena, penulis pemula harus memiliki sumber referensi yang benar sebelum menulis karya yang benar pula.
Berawal dari rajin membaca, kosa kata kita pun akan semakin luas, lebih memicu kita untuk memahami berbagai jenis tulisan, baik dari gaya bahasanya, maupun arah tujuan karya itu ditulis.
Membaca membantu kita untuk menambah pengetahuan, informasi dan membangun imajinasi kita. Jadi, janganlah kita menyebut diri kita seorang penulis bila tidak pernah menjadikan aktivitas membaca sebagai salah satu hal penting sebelum menulis karya.
2. Lakukan Riset
Riset adalah suatu proses investigasi secara aktif, tekun dan sistematis untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Sebelum kita menulis, lakukan riset sederhana untuk mencari data dan fakta di lapangan, terutama saat kita memilih menulis hal yang kurang kita kuasai, semisal isu yang berkembang di masyarakat masa ini.
Lakukan riset dengan membaca buku, jurnal, artikel, berita, mewawancarai jika lokasi terjangkau, mengamati dan mempelajari berbagai sumber yang relevan terutama sumber yang mengarahkan pada opini Islam, sehingga sambil melakukan riset, kita tetap di jalur yang benar, yaitu Islam.
Riset ini penting karena begitu banyak karya yang bertentangan dengan cara pandang Islam. Jangan salah pilih agar tulisan kita tetap lugas dan tegas. Bukan tulisan titipan rezim neo-liberal, yang mengutamakan framming baik, tapi perbuatan dan kinerjanya bertolak belakang dan merugikan masyarakat.
Tidak perlu mengambil semua hasil riset. Cukup ambil poin-poinnya saja dan kembangkan keterampilan kita dalam menyusun kata-kata sesuai akurasi data yang kita dapatkan, sehingga tulisan kita berbobot dan mengatakan kebenaran di waktu yang bersamaan.
3. Carilah Suasana Menulis yang Nyaman dan Menyenangkan.
Kenyamanan dan ketenangan juga salah satu kunci sukses dalam menulis. Sebab, lingkungan akan mempengaruhi penulis dalam menuangkan ide-idenya dan membangun imajinasi dalam tulisannya.
Menulis juga memerlukan momen yang tepat sehingga terbangun konsentrasi yang baik untuk memulai tulisan yang berbobot. Pertimbangkan pula alat yang dipakai untuk menulis dan durasi yang dialokasikan agar tidak mengganggu aktivitas sholat wajib harian kita.
Pertimbangan penulis memilih lingkungan yang nyaman dan tenang ini meliputi: waktu menulis (pagi, siang, sore ataupun week-end); tempat (rumah, perpustakaan, tempat baca, kantor, cafe, dan sebagainya); kondisi lingkungan (ramai, sunyi, sejuk dan sebagainya); alat (laptop/computer, buku catatan, ipad, android, dan sebagainya).
4. Pahami Keinginan dan Kebutuhan Pembaca
Hal yang paling utama untuk memulai menulis adalah niat yang datang dari keinginan yang kuat, dari diri sendiri untuk menyajikan hasil karya tulisnya kepada pembaca. Artinya, penulis perlu mempertimbangkan dan memahami keinginan dan kebutuhan pembaca sebelum memulai menentukan topik dan menuliskannya.
Semua bentuk karya tulis memiliki karakter pembacanya masing-masing, mulai dari pembaca yang suka karya tulis puisi, cerpen, novel, opini, rubrik keluarga, memoriam, dan sebagainya.
Dengan itu, penulis perlu menentukan jenis karya tulis yang akan dibuat, dan menyisipkan banyak hal baru yang digandrungi pembaca, semisal topik terhangat yang gemparkan netizen untuk berkomentar. Ambil, lakukan riset, carikan solusinya, tuliskan dengan lugas dan tegas, publikasikan.
Memahami keinginan dan kebutuhan pembaca akan membantu penulis mendapatkan perspektif baru dari sisi pembaca. Dengan menjadikan diri kita sebagai pembaca, maka kita akan membentuk secara tidak langsung sebuah ikatan emosi di dalam tulisan kita, baik berupa perasaan senang/sedih, maupun dengan membantu pembaca menemukan solusi terbaik dari isu yang beredar kekinian. Dengan demikian, tulisan kita akan lebih relevan dan menarik minat pembaca.
5. Perbanyak Interaksi dan Diskusi dengan Orang lain
Interaksi dan diskusi dengan orang lain adalah salah satu cara untuk menambah wawasan, informasi, dan mengklarifikasi pengetahuan, data dan fakta sebelum memulai menulis. Tidak hanya berinteraksi kepada pembaca, boleh juga pada orang awam ataupun ahli, dan boleh juga kepada sesama penulis di sebuah komunitas kepenulisan, kerabat dekat hingga keluarga untuk mendiskusikan isu terbaru dan mengoreksi karya tulis kita.
Wawasan orang lain mungkin lebih banyak dari diri kita, ataupun sebaliknya. Sehingga interaksi dan diskusi ini sangat membantu membuka pandangan kita sebelum menulis. Kritik dan saran pada saat diskusi juga membantu perbaikan karya tulis kita sehingga diminati dan menarik. Jadi, jangan ragu untuk melakukan poin ini ya untuk membantumu mengolah tulisan lebih baik lagi.
6. Cari Tahu Isu Terkini
Isu adalah desas-desus yang meresahkan dan sedang banyak diperbincangkan orang. Isu ini bisa dijadikan topik sebuah tulisan dan tambahan informasi. Inilah kesempatan kita menggiring opini publik ke arah Islam hingga opini Islam kembali menjadi pioner penting bagi kebangkitan peradaban kita yang lama dihancurkan kaum kuffar pembenci Islam. Mereka menggoreng isu hingga orang-orang awam berbondong-bondong membenarkan kekufuran mereka.
Di sinilah kita menjadi perisai pemikiran umat yang awam agar tidak ikut menjadi penerus kekufuran kaum kuffar laknatullah lagi perusak bumi Allah.
7. Pilihlah Topik yang Dikuasai
Topik adalah inti dari keseluruhan isi tulisan yang akan disampaikan kepada pembaca. Pilihlah isu terkini sebagai topik hangat dalam tulisan. Namun, pilih yang dikuasai.
Tulislah berdasarkan sudut pandang Islam dalam mengupas topik pilihan tersebut. Sampaikan solusi Islam dalam menyikapi permasalahan tersebut, sehingga tulisan kita berkontribusi mencerahkan cara pandang umat. Tentu ini perlu kelihaian dari 6 poin sebelumnya.
8. Tuangkan Semua Ide dan Imajinasi
Ide adalah gagasan atau hasil pemikiran atau rancangan yang tersusun dalam pikiran penulis. Ide akan semakin membekas apik jika berdampingan dengan imajinasi yang kian meluas. Susunlah semua data penting yang diperoleh dari riset menjadi lebih menarik ke dalam tulisan. Bila kita telah mentok, kebingungan dan merasa hampa, cobalah berhenti sejenak dan mencari inspirasi lagi dengan aktivitas ringan lainnya yang menyenangkan, semisal santap cemilan dan segelas wedang jahe hangat, sambil senderan dan menatap sekitaran yang hijau lagi sejuk, misalnya. Atau rehat sejenak dengan tidur 1 jam atau 2 jam sebelum menduelkan ide dan imajinasi kita.
Tidak jarang penulis akan berhenti pada poin ini, kemudian menyerah, dan hilang dari aktivitas menulis. Padahal, penulis-penulis berideologikan Islam sangat diperlukan sebanyak-banyaknya hasil karyanya untuk mendobrak opini kaum kuffar. Sebab, para pejuang Islam mesti bergetar nadinya melihat kemaksiatan yang dipublikasikan secara masif oleh para pembenci Islam.
Susun kembali niat kita, jangan patah semangat karena mentok di ide dan hilang daya imajinasi kita. Ingat kembali bahwa kita adalah generasi pejuang Islam. Perang opini adalah medan juang kita. Semangat lillah harus terjaga.
9. Ikuti Forum Menulis
Rekan seperjuangan selalu memfasilitasi forum komunitas penulis ideologis. Tentu ada baiknya kita menyempatkan diri untuk mengikuti komunitas tersebut, minimal membaca karya-karya penulis ideologis lainnya dan membangun semangat kita untuk turut berkontribusi.
10. Cobalah Menulis di Platform Online
Begitu banyak platform yang bisa dijadikan wasilah untuk membagikan karya tulis, pengetahuan, informasi dan semacamnya. Manfaatkanlah platform ini untuk menunjukkan keahlian dalam menulis sembari mengukur minat dan respons pembaca tulisan kita melalui kolom komentar. Sehingga, kita bisa mengetahui pandangan pembaca dan merespons serta mendiskusikan karya kita agar menjadi lebih baik.
11. Buatlah Kerangka Tulisan
Agar tidak kebingunan di tengah proses penulisan, agar alur cerita teratur, tidak loncat-loncat dan berantakan, buatlah kerangka tulisan. Kerangka juga membantu mencari data yang mungkin masih kurang, dan sebagai bagian dari perencanaan sebelum menjabarkan keseluruhan karya tulis kita.
12. Jangan Perfeksionis
Menulislah dengan bebas dan secepat mungkin, dan tuangkan semuanya, sembari sesekali melakukan koreksi atau menulis ulang sebelum semuanya kita publikasikan ke platform kita. Kesampingkan dahulu Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan aturan ketatabahasaan lainnya. Karena, hal ini lebih banyak menghambat kita dalam menulis dan menuangkan semua ide dalam pikiran kita.
Selain itu, terlalu sering mengoreksi tulisan sebelum keseluruhan isi tulisan selesai, hanya akan membuat kita lebih mudah lelah dan bosan menulis lagi. Pada akhirnya, tulisan kita akan berhenti dan sulit untuk move on dari kelelahan.
13. Evaluasi Tulisan
Kita harus bisa menjadi editor bagi tulisan kita sendiri untuk mengevaluasi hasil tulisan kita secara keseluruhan. Baca kembali hasil tulisan kita dari awal hingga akhir untuk memastikan kebenaran isi, memperbaiki tanda baca dan ejaan agar sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Periksa sistematika kalimat, penggunaan kalimat majemuk, kesinambungan antarkalimat, dan sebagainya Jangan buat pembaca bingung dan gagal memahami pesan dari tulisan kita.
14. Bagikan Hasil Tulisan ke Media Sosial
Bagikan hasil tulisan kita ke media sosial karena di sana pusatnya para pembaca. Di sana penggunanya bisa berpartisipasi, berinteraksi, menciptakan jejaring sosial di dunia virtual tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Misalnya, di Facebook, Instagram, Twitter, Blog, Fans Page, dan semacamnya.
Cara ini membantu kita menjangkau lebih banyak orang. Inilah ladang amal jariyah kita, para pejuang pena, pejuang kebangkitan Peradaban Islam yang mulia.
15. Ikutlah Lomba Menulis
Lomba Menulis adalah wadah bagi penulis mempraktikkan segala usahanya sebelum kita terjun ke dunia nyata untuk mempublikasikan hasil tulisan dan bersaing dengan penulis lainnya untuk menarik minat pembaca. Lomba Menulis juga mampu mendorong semangat kita untuk berkarya, sekaligus mengukur kemampuan diri kita sebagai penulis. Jikapun terbit karya kita menjadi sebuah buku, itulah piala perjuangan kita. Itu menjadi sebuah penyemangat.
16. Konsisten
Semua cara menulis di atas tidak akan ada artinya bila kita tidak konsisten. Konsisten adalah kunci utama keberhasilan menulis. Setelah kita menemukan rumus jitu menulis, kita perlu juga menantang diri kita untuk rutin menulis. Misalnya, konsisten menulis 1 saja naskah tulisan opini dalam sepekan.
Pada dasarnya, semua orang bisa menjadi penulis dan mulai menulis. Akan tetapi, semua itu tergantung pada keinginan dan usaha masing-masing untuk melakukannya. Keahlian seseorang dalam menulis tak hanya diukur dari seberapa banyak pengetahuannya di bidang kepenulisan, tetapi juga kebiasaan menulis yang dilakukannya terus menerus.
Jika kita telah menyelesaikan secara runut 16 kiat di atas, maka kita akan menemukan identitas diri kita sebagai penulis. Kiat di atas mampu menjadi ladang pahala kita di akhirat kelak.
Walaupun lelah, tapi niatkan lillahi ta’alaa. Setiap akhir haruslah ada awal dan proses. Pada awalnya memang berat hingga prosesnya melelahkan. Namun, semoga pada akhirnya lelah itu lillah sehingga mendatangkan ridha Rabb semesta alam dengan ganjaran surga yang abadi.
Bila terus berlatih, maka akan semakin baik dan berkembang pula tulisan kita. Keep hamasah untuk para pejuang pena ideologis! Peradaban gemilang memanggil kita semua. Berikanlah kontribusi terbaik kita!
 
   
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar