Sabtu, 29 Januari 2022

Mendidik Anak Giat Beribadah dari Lelah Hingga Lillah

Oleh: Yenni Sarinah, S.Pd. (Penulis Ideologis Riau, Ibu Peradaban)

Anak adalah miniatur orang tua di masa depan. Allah SWT tidak menjadikan anak sebagai cobaan semata, tapi juga anugerah yang berlimpat tak putus hingga akhirat.

Bagaimana tidak, dengan terdidiknya anak menjadi anak sholih, maka orang tua diibaratkan telah menanam hamparan ladang pahala yang akan ia panen di akhirat dengan balasan yang amat banyak lagi tinggi letaknya, Surga Firdaus.
Anak terlahir dari benih seorang ayah dan melekat di dalam kandungan/rahim seorang ibu. Bisa saja benih ini tidak berasal dari ayah yang sholih ataupun dari ibu yang sholihah. Tapi, tetap saja Allah SWT titipkan fitrahnya anak umpama kertas putih yang bersih lagi suci. Di dirinyalah orang tua anak melukiskan kebaikan ataupun keburukan. Inilah fungsi utama orang tua sebagai pengasuh dan pemelihara.

Fungsi orang tua sebagai pengasuh dan pemelihara termaktub dalam surat At-Tahrim : 6. “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Mengingat kembali tujuan kehidupan, sejak dari alam penciptaan hingga akhirat kelak tidak lepas dari tuntunan dan tuntutan dari pencipta manusia, yaitu Allah SWT. 

Allah Al-Khaliq, Dzat yang Mahabesar lagi Mahakuasa menciptakan manusia tidak sekadarnya saja. Selain penciptaan, Allah SWT juga turunkan aturannya, yaitu syari’at Islam yang mulia. Sehingga, puncak tujuan dari penciptaan adalah untuk beribadah hanya untuk Allah SWT dan berharap keridhaan Allah SWT semata, bukan yang lain.

Sebagai miniatur orang tua, identitas anak melekat pada hal yang ia lihat, ia dengar, yang dididik oleh orang terdekatnya, keluarganya, dan lingkungannya.
Anak akan menjadi seorang yang siap meniru habis-habisan dari diri kita sebagai orang tuanya. Untuk itu, seyogianya mendidik anak agar giat beribadah tanpa kenal lelah tapi berharap lillah.

Kiat Mendidik Anak agar Giat Beribadah

Pertama, mengajarkan beribadah sejak dini

 عن عمرو بن شعيب، عن أبيه، عن جده -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: مُرُوا أولادَكم بالصلاةِ وهم أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، واضْرِبُوهُمْ عليها، وهم أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ في المَضَاجِعِ 

Dari Amr Bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena tinggal sholat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya”.(HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Hadits ini menjelaskan perihal mendidik agama pada anak-anak. Pendidikan agama diberikan kepada anak sejak ia kecil, sehingga nanti di usia dewasa, perintah-perintah agama dapat ia lakukan dengan mudah dan ringan. Di antaranya, perintah melaksanakan sholat, perintah memberikan hukuman bagi pelanggarnya, dan perintah memberikan pendidikan seks.

Anak-anak sejak usia 4 tahun atau 5 tahun sudah diajarkan dan diajak oleh orang tuanya untuk melaksanakan sholat bersama, walaupun dengan cara ikut-ikutan atau menirukan gerakan-gerakan sholat. Pada fase ini biasanya anak belum bisa melakukan gerakan dan bacaan sholat dengan baik, dan terkadang belum ada keinginan kuat untuk melakukannya.
Setelah itu, di usia 7 tahun, hendaknya orang tua memerintahkan secara tegas agar anak mau melaksanakan sholat. Dalam fase ini orang tua harus telah mengajarkan cara sholat, tentang syarat-syarat sah sholat, rukun-rukun sholat, dan beberapa sunnah dalam sholat.

Jika tidak mampu melakukannya sendiri, hendaknya orangtua menganggarkan upah untuk mendatangkan guru ke rumah untuk mengajarkan anaknya sholat. Diharapkan dengan ini anak terbiasa mendirikan ibadah seperti sholat tanpa menunggu diperintah lagi.

Selain itu, ajarkan juga kepada mereka do’a sehari-hari seperti do’a mau tidur, do’a hendak makan, do’a ketika masuk dan keluar kamar mandi, dan sebagainya agar anak menjadi terbiasa dan hafal do’a-do’a tersebut sejak masih berusia dini.

Tentunya ini akan sedikit melelahkan jiwa dan raga, apalagi saat mengajari mereka, anak seringkali mengatakan lelah. Semoga lelahnya kelak menjadi lillah selama berproses.

Kedua: Memberi Pemahaman yang Benar

Kiat agar anak rajin ibadah satu ini tidak boleh terlewatkan. Pasalnya, masa anak-anak adalah masa ketika mereka akan lebih kritis dengan keadaan sekitar. Mereka selalu ingin tahu dan menyikapi yang mereka lihat dan dengar dari lingkungan. Maka, ayah dan ibu perlu membantu mereka untuk memahami pentingnya menjalankan ibadah.
Kegiatan memberi pemahaman yang benar pada anak bisa dilakukan oleh ayah dan bunda di sela-sela suasana santai ketika berkumpul di ruang keluarga dengan percakapan-percakapan ringan yang menjadikan rasa ingin tahu anak untuk mendengarkan dengan tertib terpicu.

Berikan pemahaman dengan contoh-contoh yang mudah agar anak jadi cepat mengerti dan memahami masalah yang timbul di sekitar mereka.
Biarkan anak bertanya, dan jawablah dengan bahasa ringan, kemudian ajaklah mereka mendengarkan kisah-kisah sejarah Islam semisal 7 judul kisah berikut ini:
1. Kisah Nabi Ibrahim dan api
2. Kebaikan yang dihadiahi mutiara indah
3. Kisah Persahabatan karena Allah
4. Kisah Nabi Musa dan Qorun
5. Kisah Harta Pusaka Terpendam
6. Kisah Tukang Semir Sholeh yang mendapatkan derajat haji
7. Kisah Do’a Semut minta Hujan dan Nabi Sulaiman

Ketiga, Mengajarkan dengan Teladan

Sudah dipahami bersama bahwa anak adalah seorang peniru yang andal. Mereka dengan mudah akan menirukan semua yang mereka lihat, terlepas dari perbuatan itu benar ataupun tidak.

Maka, jangan hanya memerintahkan anak untuk beribadah. Tetapi, ajarkan anak dengan teladan, berupa contoh yang dapat mereka lihat dari ayah dan ibu mereka semisal sedang berwudlu, melakukan sholat berjama’ah, mengaji, dan ibadah lainnya. Sehingga, anak akan ikut mencontoh dan menjadi bersemangat beribadah karena teladan dari ayah dan ibunya.

Ini menjadi catatan penting bagi orang tua untuk selalu berperilaku terpuji di mana pun dan kapan pun, apalagi saat di hadapan anak. Jikapun orang tua belum terbiasa, hendaknya ini menjadi tugas orang tua untuk menambah pemahaman tentang sosok orang tua teladan sebagaimana Allah SWT terangkan di dalam al-Qur’an.

Keempat, Meluangkan Waktu untuk Beribadah Bersama

Tak sekadar memberikan teladan yang nyata pada anak. Orang tua juga harus mampu meluangkan waktu untuk beribadah bersama, baik di rumah maupun di luar rumah. Misalnya, melakukan sholat berjama’ah di Masjid terdekat ketika berbarengan dengan waktu jalan-jalan keluarga. Atau mengaji bersama orang tua di rumah setelah Maghrib dan memuroja’ah hafalan bersama.

Boleh pula ayah meluangkan waktu dengan bertugas sebagai imam dalam sholat berjama’ah lalu ibu bisa meminta anak laki-lakinya untuk mengumandangkan adzan ketika hendak memulai sholat berjama’ah.

Ayah dan ibu juga bisa mengajak anak pergi ke Masjid sesering mungkin agar mereka terbiasa hingga mereka beranjak dewasa nantinya. Memang perkara semacam ini melelahkan, apalagi untuk ayah dan ibu yang memiliki aktivitas pada sehari-harinya. Semoga lelah ayah dan ibu menjadi lillah dan mendapatkan pahala berlimpah.

Kelima, Beri Hukuman yang Mendidik

Setelah kiat-kiat sebelumnya dilaksanakan, namun anak masih malas untuk beribadah, ayah dan ibu boleh melakukan langkah terakhir, yaitu memberikan hukuman yang dapat menimbulkan efek jera dengan tujuan mendidik anak.

Contohnya, jika sholat subuhnya kesiangan, uang jajannya dipotong. Atau ketika anak lupa sholat dan mengaji karena terlalu asik bermain bersama teman-temannya di lingkungan sekitar rumah, ayah dan ibu bisa memberikan hukuman seperti besoknya tidak mengizinkan anak berkumpul dengan teman-temannya 1 atau 2 hari berturut-turut.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa orang tua sebagai contoh teladan anak-anaknya yang meliputi orang tua sebagai panutan dalam menegakkan keadilan dan panutan dalam berperilaku. Orang tua sebagai pengayom atau pemelihara.

Orang tua sebagai pembimbing atau pengajar, di antaranya menanamkan tauhid yang benar kepada anak, berbakti kepada orang tua, mengajari anak melaksanakan ibadah shalat serta mendidik anak dengan berbagai akhlak yang baik. Selain itu, orang tua juga teman bagi anak-anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah, Akar Masalah, dan Cara Islam Tuntaskan HIV/AIDS

*Sejarah, Akar Masalah, dan Cara Islam Tuntaskan HIV/AIDS* Oleh: Yenni Sarinah, S.Pd (Aktivis Pendidikan Kelahiran Selatpanjang, Riau) ...