Senin, 28 November 2022

REPORTASE KOMUNITAS MUSLIMAH BANGKIT MERANTI 27 NOVEMBER 2022


KOMUNITAS MUSLIMAH BANGKIT MERANTI, TAJA TALK SHOW : 
“POTRET BURAM GENERASI, HADIRKAN ISLAM SEBAGAI SOLUSI”
Oleh : Yenni Sarinah, S.Pd (Penulis, Pegiat Literasi Islam, Selatpanjang - Riau)

REPORTASE - Komunitas Muslimah Bangkit Meranti (MBM) yang berisikan muslimah-muslimah yang peduli dengan lingkungan dan generasi, berkali-kali mentaja kegiatan positif dengan arah pandang bahwa generasi muslim di daerah perbatasan wajib disadarkan untuk kembali kepada Islam. Betapa banyak derita yang dialami orang tua dalam membersamai tumbuh kembang generasi muda di daerah perbatasan yang sangat dekat dengan negara Singapura dan Malaysia ini. Terutama masalah Narkoba dan kejahatan lainnya.

Komunitas MBM memandang pemuda adalah agen perubahan di masa yang akan datang. Mereka memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan sebuah peradaban besar. Pada merekalah disematkan sosok-sosok yang kuat, cerdas, kritis, tangguh dan penuh semangat juang yang tinggi. Namun, kini semakin hari, semakin mudah kita temukan berbagai kerusakan dan kenakalan generasi muda yang sangat memprihatinkan terjadi di sekitar kita. 

Akibatnya generasi muda kita terjerumus ke dalam kehidupan yang serba bebas, mulai kehilangan jati dirinya yang sesungguhnya yaitu generasi pejuang, generasi gemilang. Kehidupan yang serba bebas itu dilihat dari generasi yang kehilangan adab, jauh dari tuntunan agama, kecanduan narkoba, seks bebas, tawuran, aksi begal, perundungan, pornografi, konsumsi miras, bahkan praktek Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (L-G-B-T).

Ketika masalah ini muncul, Komunitas MBM memandang penting untuk merencanakan program-program preventif dan pembenahan serta solusi alternatif yang fundamental untuk melindungi generasi muda dan mengembalikan mereka pada kemuliaan Islam. Sehingga laber umat terbaik, pemimpin peradaban manusia di muka bumi ini pantas diemban oleh generasi muslim. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Qur’an Surat Al-Imran ayat 110 : “ Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf (kebaikan), dan mencegah dari yang munkar (keburukan), dan beriman kepada Allah.”
Dan kesadaran akan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar ini tidak bisa dilakukan secara individual dalam level keluarga saja. Maka, harus ada sekelompok orang yang bergerak melakukan perubahan dan menangkal dampak buruk yang terjadi bukan secara parsial saja namun harus dari akar masalah kerusakan generasi. Sehingga kerusakan yang terus berulang bahkan sudah di level tumbuh subur di tengah generasi muda kita saat ini dapat menemukan solusi konkrit yang totalitas yaitu dengan Islam.


Talk Show yang diselenggarakan di Gedung Serbaguna Jalan Olahraga, Desa Bantar, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau ini berlangsung hikmat pada Ahad, 27 November 2022. Mulai dari 08.00 WIB sebagaimana terjadwal, namun karena terkendala hujan lebat dan sebagian rute perjalanan tergenang banjir, maka acara optimal terlaksana dari 09:30 WIB hingga 12:30 WIB. Mendatangkan Ustadzah Sri Lestari, SE. seorang Mubalighah Riau asal Pekanbaru, dan Ustadzah Yenita Angkat, S.KM. seorang penggerak Komunitas Muslimah Mengaji Bengkalis (MMB) dari Kabupaten Bengkalis, Riau.

Acara Talk Show ini dihadiri kurang lebih 150-200 peserta yang berasal dari MT Selatpanjang Kota, MT Desa Anak Setatah, MT Desa Sialang Pasung, MT Desa Sungai Cina, MT Desa Bokor, MT Desa Bantar, dan beberapa tokoh masyarakat diantaranya Ermalinda, SE dari PKK Kecamatan Rangsang Barat, Nurjamilah dari Lembaga penyuluh agama Kecamatan Rangsang Barat, Jumiati, S.Ag seorang guru MTs Desa Anak Setatah, dan Dewi Kartika Sari, S.Pd, sebagai Ibu Kepala Desa dan Ketua PKK Desa Bantar.


Acara Talk Show juga dibuka dengan pemutaran video profil perkenalan Komunitas MBM, dan video yang menampilkan betapa generasi ini telah rusak sejak lama, dan akar masalahnya adalah pada penerapan sistem yang tidak mendukung generasi untuk bangkit menjadi generasi terbaik. 

Ustazah Irma Yanipa, Ama.Pd. sebagai Master of Ceremony (MC) membuka acara dengan salam dan dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ananda Azzaratul Aulia Putri. Berlanjut kata sambutan ketua panitia sekaligus ketua Komunitas MBM, Siti Sapura, S.Pd dan testimoni dari beberapa orang tokoh masyarakat. 

Testimoni tokoh pertama disampaikan oleh Nurhayati (Ibu RT wilayah setempat) menuturkan keprihatinan buruknya adab generasi saat ini kepada orang tuanya baik sikap dan tingkah lakunya. Nurhayati berharap dengan hadirnya komunitas MBM ini, mampu membawa perubahan kepada generasi daerah perbatasan. 

Selanjutnya, Testimoni tokoh kedua oleh Rosnizar (Ketua Muslimat Rangsang Barat) menuturkan turut berduka cita dengan keadaan generasi di daerah perbatasan ini. Beliau sebagai orang tua yang sudah mendidik anaknya dengan baik secara Islam pun tidak mampu menjamin anaknya selamat dari pergaulan bebas di masyarakatnya yang terpapar kerusakan. Beliau berharap Komunitas MBM mampu memberi kontribusi terbaiknya bagi generasi perbatasan ini. 

Yenita membuka acara Talk Show dengan menuturkan bahwa kerusakan generasi ini bukan masalah individu namun ini masalah sistemik. Sehingga perkara kerusakan generasi harus dituntaskan dengan pergantian sistem dari sistem kapitalisme ala barat kembali kepada sistem Islam. Agar kita semua tidak menyesal. Yenita mengajak audiens untuk menerima Islam sebagai solusi tuntas dari akar masalah generasi saat ini. Selanjutnya, Yenita memperkenalkan Sri Lestari kepada audiens dengan teriakan takbir.


Sri Lestari membuka pemaparannya dengan bertanya kabar audiens, membuka cakrawala berpikir audiens, dengan menceritakan kondisi dan fakta terbaru generasi. Sri menyadarkan audiens bahwa ada kegelisahan rusaknya generasi perbatasan yang menjadi garda terdepan dan tempat serangan utama dari pengaruh rusak ideologi barat.

Sri mengatakan potret buram generasi ada dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dari agama yang tidak kuat dari dirinya, karena tidak sekolah, sehingga dirinya yang memutuskan berbuat salah atau tidak melalui pola pikirnya. Semakin tinggi pemahaman akidahnya maka semakin tinggi pula benteng agamanya dan kuat menjadi filter bagi serangan yang masuk. Faktor kedua ada di luar individu, yaitu faktor eksternal yang lebih luas lagi terutama kondisi sistem yang ada di masyarakat.

Sri mengatakan bahwa sistem saat ini menggerogoti daya pikir generasi muda yang masih labil dan mudah terpengaruh, terutama melalui handphone yang terkoneksi dengan internet. Penguasa saat ini tidak menghack dampak buruk internet, terutama perihal porno grafi dan porno aksi yang menggiring generasi ke seks bebas. 
Sri mengatakan bahwa budaya hedon sudah menuntut generasi kita mengeluarkan biaya lebih di luar biaya pendidikan. Sehingga lingkungan perkotaan yang hedon ini menggerus generasi muda yang baik berasal dari desa pun turut menjadi rusak terpapar faktor eksternal ini. Sri mengajak audiens berpikir jauh untuk menyadarkan penguasa bahwa sistem yang diterapkan saat ini rusak dan merusak generasi muda kita. 

Acara Talk Show dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang ditanggapi dengan sangat antusias oleh audiens hingga dibuka sebanyak 8 pertanyaan. Dan secara menyeluruh para ibu mengharapkan solusi yang pasti dalam mereka membersamai generasi muda, anak-anak mereka. Dan Sri mempromosikan juga kegiatan positif Komunitas MBM untuk dijadikan rujukan perbaikan masyarakat, yaitu dengan kembalikan akidah generasi dengan rutin halaqah mengkaji Islam dan menjadi dakwah sebagai poros hidup mereka.


Acara Talk Show pun ditutup dengan Musikalisasi Puisi oleh Ananda Fitri dari SMA.N.2 Selatpanjang dan Ananda Zahira dari Desa Bantar yang mengundang deraian isak tangis air mata ibu-ibu yang hadir hingga sesi akhir. Betapa generasi ini sungguh memprihatinkan jika tidak memakai Islam sebagai solusi.

Acara Talk Show ini dapat ditonton ulang di link berikut : https://web.facebook.com/hazimah.khairunnisa/videos/1190773448214043/?idorvanity=680997210025272 dalam bentuk streaming facebook melalui Fanspage KOMUNITAS MUSLIMAH BANGKIT MERANTI, dan beri dukungan positif dengan klik BERGABUNG pada link : https://www.facebook.com/groups/680997210025272/?ref=share. Semoga kegiatan kecil ini mampu menjadi cikal bakal kebangkitan generasi gemilang dambaan masa depan bangsa. Aamiin Allahumma Aamiin.

Selasa, 22 November 2022

Peringatan Hari Guru Dan Citra Generasi Tak Beradab

Peringatan Hari Guru Dan Citra Generasi Tak Beradab

22 November 2022
 





Oleh : Yenni Sarinah, S.Pd (Penulis, Pegiat Literasi Islam, Selatpanjang – Riau)

OPINI – Peringatan hari guru sebentar lagi dan diulang setiap tahunnya pada 25 November. Namun berjuta pasang mata dipertontonkan dengan akhlak generasi yang kian tak beradab. Tentu ini ada sebab musababnya. Lantas dimana peran kita sebagai penjaga generasi terutama peran guru dan negara? Haruskah kita sekedar menganggap alarm semacam ini sebatas kenakalan remaja saja?

    Seorang nenek yang sedang berjalan kaki di pinggir jalan, didatangi segerombolan pelajar berseragam pramuka membawa sepeda motor. Namun, yang membuat geram adalah ketika salah satu pelajar sengaja menendang nenek itu bahkan menertawakannya. Ini menjadi citra buruk bagi dunia pendidikan saat ini. Pendidikan tak mampu mendidik generasi untuk memiliki adab dan akhlak yang mulia kepada lansia. 

    Dalam edaran rekaman yang membuat kita yang memandang berdecak geram adalah ketika pelajar yang notabennya adalah orang yang menerima ilmu, namun ilmunya tak mampu mempengaruhi akhlaknya.

    Lima pelajar pelaku penganiayaan terhadap seorang nenek di Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara diamankan. Kelima pelajar itu adalah IH, ZA, VH, AR dan RM, merupakan warga Kabupaten Tapsel. (detik.com, 22/11/2022)

    Kejadian ini menjadi wejangan kita penikmat berita online, namun pahitnya adalah perkara ini justru dianggap biasa dan cukup dengan meminta maaf saja. Dengan penggalan judul berita bahwa “Perwakilan Orang Tua Pelajar Penganiaya Nenek di Tapsel Minta Maaf”.

    Dilansir Antara, Selasa (22/11/2022) permohonan maaf disaksikan Kasat Reskrim Polres Tapsel AKBP Paulus Robert Gorby Pembina dan Plh Kasi Humas Polres Tapsel Briptu Erlangga Gautama Nasution.

    Bayangkan, jika nenek itu nenek kita, bahkan ibu kita. Tentu kita tidak senang ibu ataupun nenek kita diperlakukan tidak hormat semacam itu bukan. Dan kita sebagai penjaga generasi bangsa, perlu sadar, ada hal penting yang kita abaikan dalam membersamai generasi muda kita, yaitu pendidikan yang tidak ampuh memperbaiki generasi. Inilah PR kita bersama.

 Pendidikan Sekuler Sebab Generasi Tak Beradab

    Saat ini, generasi Muslim yang sekuler dan serba liberal hanya bisa jadi kaum pembebek, kaum rebahan, kaum gamers akut, bahkan acuh tak acuh dengan keadaan sekitar, apalagi umat dan negara. Jangan heran, jika generasi saat ini hanya berpikir tentang trend belaka, hingga tidak memandang, apakah itu haram atau halal dalam Islam? Atau minimal ada faedahnya atau tidak bagi dirinya dan agamanya? Sejatinya ini adalah alarm yang seharusnya membuat kita cemas, akan dibawa kemana anak cucu kita kelak, jika generasi yang ada di depan mata adalah generasi rusak?

    Begitupun dengan perilaku tak beradab yang dilakukan pelajar tersebut sebelumnya. Ini adalah gambaran real bahwa pendidikan sekuler tak sekedar merusak ranah pendidikan dengan memberi beban pada guru hingga lelah tak menentu, juga turut merusak akal generasi kita dengan edukasi yang tak sesuai dengan visi misi surgawi.

    Mirisnya saat ini, pelajaran agama di Sekolah hanya sekali dalam seminggu, itupun hanya bahas hal-hal umum yang belum tentu diterapkan dalam setiap kehidupan individu pelajar itu sendiri. Bahkan sejarah Islam masa lampau hanya untuk diingat dan digunakan ketika ujian, sehingga dalam kehidupan, benar-benar jauh dan bebas dari nilai Islam.

    Tentu ini mendatangkan bahaya yang dampaknya sistemik, terlebih lagi jika generasi kita digiring untuk memiliki paham bahwa ajaran Khilafah tidak cocok dengan keberagaman di Indonesia, hingga muncul islamofhobia akut, yang makin menjauhkan generasi dari pendidikan Islam yang gemilang.

    Guru, yang seharusnya mendidik generasi dengan adab yang melahirkan akhlak mulia justru kian disibukkan dengan perangkat pembelajaran dan sistem pembelajaran yang menyita banyak waktu, hingga generasi terbaik kita dicekoki begitu banyak informasi dan berujung miss komunikasi dan depresi. Bagaimanakah seharusnya pendidikan ini diarahkan?

Masa Kegemilangan Generasi Islam

    Jika kita flashback ke masa lalu, masa kegemilangan generasi Islam, dimana Khilafah berhasil menciptakan dan mencetak generasi-generasi gemilang, yang menjadi pusat peradaban dunia pada masanya dan dielu-elukan bahkan oleh orang-orang kafir saat ini.

    Prestasi generasi Islam yang menjadi ilmuwan muslim saat itu hingga kini pun masih menjadi rujukan, seperti ilmu kedokteran, ilmu aljabar, hingga ilmu astronomi. Itu semua hasil daripada penerapan syari’at Islam oleh Pemerintahan Islam (Daulah Khilafah). Sejarah daulah Madinah yang didirikan Rasulullah adalah bukti nyata.

    Jika kita melihat masa-masa awal kejayaan Islam maka kita akan menemukan betapa Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan. Ketika pasca Perang Badar, Rasulullah Saw mengambil kebijakan membebaskan tawanan dengan syarat setiap tawanan mengajarkan baca tulis kepada sepuluh orang.

    Pada saat Umar bin Khaththab menjadi kepala Negara, beliau mengapresiasi guru dengan gaji 15 dinar (63,75 gram emas dengan 978.000/gram) setara dengan Rp.62.347.500 (enam puluh dua juta sekian rupiah).

    Negara Islam saat itu benar-benar memperhatikan kesejahteraan guru, dan melengkapi sarana dan prasarana pendidikan. Karena Negara Islam paham betul bahwa pendidikan rakyat adalah tanggung jawab negara.

    Asas pendidikan pada saat itu adalah akidah Islam. Dan tujuan pendidikan adalah membekali akal dengan ide-ide yang sehat hingga menjadikan para penuntut ilmu sebagai muslim sejati yang memakai ilmu pengetahuannya dalam sendi-sendi kehidupan.

    Untuk tsaqofah – yang merupakan gambaran hidup bagi umat, yang membentuk karakter kepribadiannya dan keberlangsungan eksistensinya, yang mengatur perjalanan hidup dan orientasi hidupnya – diajarkan sesuai keperluan, kemampuan, dan kemauan siswa. Hingga kesan terlalu berbelit-belit dalam menuntut ilmu tidak terjadi dalam sistem Islam.

    Untuk tsaqofah asing, diajarkan sebatas pengetahuan saja, untuk dijadikan perbandingan yang tujuan utamanya adalah menguatkan keyakinan tentang kesempurnaan Islam. Namun fatalnya saat ini justru tsaqofah asing, yang mengajarkan kebebasan, perilaku tak beradab, foya-foya dan penganiayaan kepada sesama diadopsi sebagai bagian moderasi agama dan modernisasi pendidikan.

    Para guru dirundung kesibukan yang tiada habisnya. Para siswa dicekoki informasi berlebihan yang tiada faedahnya bagi agamanya dan bagi perbaikan generasi bangsa. Dengan citra buruk pendidikan sekuler saat inilah, kita butuhkan adanya perubahan sistem kepada Sistem Islam kaffah.

    Sistem yang diterapkan sebagai sistem pemerintahan bukan sebatas ritual semata. Pemahaman tentang penerapan syari’at Islam secara menyeluruh dalam kehidupan inilah harapan kita untuk mengantarkan generasi mengerti adab dan terlahir generasi dengan akhlak mulia.

    Bahkan di dalam sistem pemerintahan Islam (Khilafah), tergambar jelas bahwa keberagaman dan toleransi antar umat beragama dijaga supaya tetap damai. Keadilan hukum pun tak pandang status, apalagi terhadap generasi yang notabene merupakan aset peradaban. Generasi muda akan dididik sebaik mungkin dan dibekali oleh ilmu Islam agar siap menjadi generasi peradaban Islam yang gemilang. Karena kita butuh generasi perubahan, bukan rebahan. Generasi yang berideologikan Islam, bukan dengan ideologi sekuler. Yang hidupnya didedikasikan pada Islam, bukan malah hidup bebas tak terbatas ala liberal.

    Kita butuh calon pemimpin yang adil dan mensejahterakan umat, bukan pemimpin yang pilih kasih dan menyengsarakan dengan kelakuan yang suka mengoleksi para koruptor. Karena kita adalah sebaik-baik umat peradaban, dan sebaik-baik peradaban dan negara adalah Khilafah. Maka kita kembalikan prestasi kegemilangan kita oleh Islam kaffah dalam sistem Khilafah. Wallahu A’lam bish-shawab.***

https://riaunews.com/opini/peringatan-hari-guru-dan-citra-generasi-tak-beradab/

Selasa, 01 November 2022

Konser Miras di Dendang, Hijab Fest di Hadang, dimana Letak Generasi Terbaik Bangsa?


Konser Miras di Dendang, Hijab Fest di Hadang, dimana Letak Generasi Terbaik Bangsa?

Oleh : Yenni Sarinah, S.Pd (Penulis, Pegiat Literasi Islam, Selatpanjang - Riau)


OPINI - Generasi terbaik akan lahir dari sistem hidup yang baik pula. Sistem terbaik harus dinaungi dan dilindungi oleh negara yang aparaturnya peka akan kondisi masyarakat saat ini. Bagaimana cara menjaga generasi bangsa agar selalu menjadi generasi terbaik?


Membludaknya Konser 'Berdendang Bergoyang' yang diselenggarakan di Istora Senayan Jakarta pada 29/10/2022 berujung pada aksi pembubaran, karena terindikasi adanya minuman keras (miras), over kapasitas yang menyebabkan sebagian penonton pingsan, minimnya tenda kesehatan dan indikasi tindak kejahatan pencopetan, penyelenggara konser langsung diperiksa pihak kepolisian setempat. (tvonenews.com, 30/10/2022)


Aparat pemerintah baru mempermasalahkan dan menghentikan acara ketika sudah nampak nyata adanya kekacauan. Seharusnya aparat sudah bisa melakukan mitigasi acara, apalagi diketahui adanya penjualan tiket over kapasitas.  Tambah lagi acara disertai dengan kemaksiatan (adanya minuman keras).


Pemberian izin untuk acara yang tak membawa manfaat terhadap pembentukan karakter generasi sebagai pilar peradaban cemerlang, menunjukkan pemerintah benar-benar  tidak memiliki  perhatian terhadap pembangunan manusia khususnya generasi muda.  Apalagi bila dibandingkan dengan pelarangan acara hijrah fest surabaya beberapa waktu yang lalu. 


Lain halnya dengan agenda Hijrah Fest yang direncanakan di surabaya. Surabaya Islamic Festival, Road to Hijrah Fest yang rencananya berlangsung pada 14-16 Oktober 2022 batal digelar. Kerugian dari pembatalan rangkaian pameran dan kajian keislaman itu, diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. (langit.id, 15/10/2022)

 

Alasannya : 1). keberatan dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur atas pemakaian logo NU dan MUI. 2). adanya penggunaan foto atau gambar Gubernur Jawa Timur pada flyer kegiatan yang belum mendapatkan persetujuan dari Gubernur Jawa Timur. 3). adanya kegaduhan di masyarakat dan indikasi gangguan kamtibmas yang mengarah pada penolakan dan pembubaran kegiatan. Dan ketiga alasan ini sebenarnya sudah menunjukkan ketidakberpihakan pemerintah terhadap pembentukan karakter generasi cemerlang sebagai pilar peradaban gemilang.


Penguasa dalam Islam jelas memiliki perhatian besar terhadap pembentukan generasi, dan senantiasa memberikan lingkungan yang kondusif demi terbentuknya generasi berkualitas yang taat pada Allah Swt. sebagaimana gambaran pemimpin menurut Islam seperti berikut :


Pemimpin Negara sebagai Amîr al-Mu’minîn (pemimpin kaum Mukmin) memiliki tanggung jawab menjalin kesatuan mereka dan menjadi pelindung (junnah) dari segala pengaruh negatif yang merusak generasi bangsa.


Rasulullah saw. bersabda:


إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ


"Sungguh Imam (pemimpin negara) itu perisai; orang-orang akan berperang mendukung dia dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya."  (HR.Muttafaq 'alaih).


Negara adalah benteng yang sesungguhnya, yang akan melindungi generasi bangsa dari perusakan apapun. Mekanisme perlindungan akan dilakukan secara sistemis sebagaimana bimbingan sistem Islam di dalam pemerintahan yang mengadopsi keseluruhan sistem Islam. 


Penerapan seperangkat hukum Islam akan diwujudkan untuk membentuk generasi khairu ummah (umat terbaik) dan pembentukan peradaban gemilang dengan langkah sebagai berikut : 


Pertama, dalam masalah ekonomi, para ibu dan anak akan dijamin mendapatkan nafkah tanpa perlu bekerja. Sehingga tidak mengganggu konsentrasi para ibu dalam menjaga, merawat, dan mendidik anak-anak.


Nafkah pokok yang ditanggung wali/suami meliputi pemenuhan kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal. Sedangkan selebihnya, keamanan, kesehatan dan pendidikan akan dijamin langsung oleh negara.


Dengan mewajibkan suami atau wali untuk memberikan 3 nafkah paling dasar kepada mereka, diharapkan penjagaan ke atas kaum ibu (pendidik utama generasi) dan anak (pilar peradaban gemilang) akan menunjang negara untuk bangkit berjaya tanpa intervensi pihak asing. 


Bila tidak ada wali (yatim piatu) atau suami (janda) maka negara yang akan menanggung nafkah mereka secara keseluruhan, baik makan, pakaian, tempat tinggal, keamanan, pendidikan, bahkan kesehatan.


Kedua, dalam masalah pendidikan, negara berkewajiban membina warga negara dengan pendidikan dan berbagai ajang kajian agama yang  mendukung munculnya ketakwaan individu yang mampu menjadi pilar pelaksanaan hukum-hukum yang sesuai dengan syari'at Islam, yang menuntun kepada kebaikan.


Hal ini akan berkaitan erat dengan penyusunan kurikulum yang harus sejalan dengan ide Islam, dalam rangka membentuk kepribadian Islam yang utuh baik dari sisi keimanan (akidah), pengetahuan (tsaqofah) dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dengan menghadirkan pola pikir dan pola sikap yang menggambarkan kemuliaan Islam yang disebut dengan bersyaksiyah Islam. 


Ketiga, dalam masalah media massa, media bebas menyampaikan informasi, dengan tetap terikat pada penyajian informasi yang memberikan pendidikan yang baik kepada masyarakat. Media hendaknya dapat menjaga akidah, akhlak dan menyebarkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat.


Media yang memuat konten kejahatan seperti pornografi, kekerasan, ide budaya kaum sodom laknatullah, dan segala yang merusak agama dilarang untuk terbit, serta diberikan sanksi bagi pelaku pelanggaran ini.


Keempat, dalam masalah sosial, masyarakat yang bertakwa akan otomatis mengontrol lingkungannya, agar individu tidak melakukan pelanggaran dan menjaga pergaulan sosial sesuai syariat Islam.


Budaya amar ma'ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kejahatan) akan dihidupkan, sehingga orang akan merasa sungkan untuk melakukan tindak kejahatan (maksiat).


Kelima, dalam masalah sanksi, negara menjatuhkan hukuman tegas terhadap para penganiaya generasi bangsa terutama anak, dan pihak lain yang menjerumuskan anak pada kemaksiatan sesuai hukum sanksi yang diadopsi Islam.


Negara akan melarang seluruh bentuk acara (event) yang mengandung kemaksiatan seperti konser yang terdapat campur baur laki-laki dan perempuan, yang mempertontonkan aurat, pesta minuman keras dan sejenisnya. Negara akan memberikan sanksi tegas kepada pihak penyelenggara.


Hanya negara yang bersistem Islam kaffah yang mampu membangun kebaikan di atas karakter dan kepribadian generasinya, pembangun peradaban gemilang, serta melindungi generasi dari berbagai hal yang merusak karakter tersebut. 


Sudah selayaknya masyarakat yang merindukan kebaikan hadir di tengah-tengah bangsa ini untuk bangkit menyuarakan penerapan sistem Islam dalam level bernegara, bukan lagi sebatas individu maupun sekelompok kecil masyarakat semata. Wallahu A'lam bish-showaf.

Sejarah, Akar Masalah, dan Cara Islam Tuntaskan HIV/AIDS

*Sejarah, Akar Masalah, dan Cara Islam Tuntaskan HIV/AIDS* Oleh: Yenni Sarinah, S.Pd (Aktivis Pendidikan Kelahiran Selatpanjang, Riau) ...