﷽
Marahmu Yang Mana?
“Marahnya orang mulia bisa terlihat dari sikapnya, dan marahnya orang yang bodoh terlihat dari lisannya.”
(Imam Syafi’i)
Sebagaimana Ibnu ‘Aun rahimahullah beliau adalah seorang Imam Panutan ulama kota Bashrah, Abu ‘Aun Al Muzany Maulahum, Al Bashry Al Hafizh.
Ibnu ‘Aun rahimahullah tidak pernah marah, dan jika ada seorang yang membuatnya marah beliau mengucapan,
“Barakallahu fika”
(Semoga Allah selalu merahmatimu)
[Lihat Kitab Hilyatul Awaliya, 3/39]
Alangkah indahnya kita mengambil ibrah(pelajaran) dan membandingkan keadaan dan ucapan kita ketika marah
Lihatlah bagaimana beliau berdoa dengan doa yang agung ini untuk kepada siapa yang membuatnya marah, kiranya bagaimana doa beliau jika dalam keadaan senang dan lapang,
SUNGGUH KEKUATAN DAN KEBERANIAN SEBENARNYA ADALAH TATKALA SANGGUP MENAHAN AMARAH YANG MEMBARA.
Satu hal yang harus kita perhatikan kalau ingin menjadi ahli surga adalah, berdasarkan sabda Nabi ﷺ yang bersabda kepada seorang sahabatnya,
“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga.”
(HR. ath-Thabrani).
Kenapa ini menjadi sangat penting, sehingga bisa membuat seseorang masuk ke dalam surga?
Karena amarah itu kecenderungan berbuat dzolim sangat besar
Orang yang diperbudak amarah itu kecenderungan dzolim,
kata-katanya dzolim,
sikapnya dzolim,
keputusannya dzolim,
Semakin seseorang tidak bisa mengendalikan amarah, semakin dekat dengan perbuatan dzolim.
Jadi orang yang bertaqwa itu adalah orang bersikap adil, orang hanya akan bisa bersikap adil apabila bisa mengendalikan amarah.
Semakin kita bisa mengendalikan amarah maka kita semakin bahagia.
Pemarah itu kalau dilihat dari raut muka saja ia sudah beda,
Menjadi tidak nyaman,
Tidak ada wajah pemarah yang nyaman dilihat,
Kemudian kita lihat juga tutur katanya,
Tutur kata orang pemarah itu turun sekali kualitasnya,
seperti orang yang kurang pendidikannya,
ada kata-kata seperti hewan,
kata-kata yang tidak pantas,
sumpah serapah, dan doa-doa buruk yang keluar.
Nabi ﷺ berkali-kali memerintahkan agar umatnya tidak marah,
Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi ﷺ,
“Berilah aku wasiat”
Beliau ﷺ menjawab, “Engkau jangan marah!”
Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi ﷺ bersabda, “Engkau jangan marah!”
(HR. Bukhari).
Oleh karena itu penting sekali memiliki target agar tidak menjadi orang yang pemarah dan membiasakan diri berbuat lembut dan menyimpan rasa marah.
Wallahu a’lam bishowab.
✍ Sumber :
👤Ustadz Ahmad Zainuddin Al Banjary – Hafizhahullah
👤 Ustadz Abdullah.
🌐www.daaruttauhiid.org
•
•
📃Adab Ketika Marah yang Sesuai Bimbingan Sunnah
Kebanyakan marah berasal dari syaithan dan ia hanya membawa kerugian serta penyesalan.
Marah pada asalnya harus dihindari, kecuali kemarahan karena Allah dalam kondisi-kondisi tertentu.
Oleh karenanya, Rasulullah ﷺ berpesan pada seseorang yang meminta nasihat kepada beliau,
“Jangan marah!”
(HR. Al-Bukhari)
Ibnu Hajar rahimahullah mengutip pendapat al-Khathabi bahwa jangan marah artinya jauhilah sebab-sebab kemarahan dan jangan melakukan sesuatu yang mengarah pada kemarahan.
Namun marah memang suatu kondisi yang terkadang tidak mampu kita cegah atau kendalikan.
Oleh karenanya, Rasulullah ﷺ memberikan bimbingan agar kita dapat mengendalikan sifat buruk tersebut,
1️. Tidak marah kecuali karena Allah
Marah karena Allah Ta’ala justru akan mendapat pahala.
Rasulullah ﷺ tidak pernah marah karena persoalan pribadi, namun beliau marah ketika melihat agama Allah diabaikan.
2️. Menjauhi kemarahan dalam urusan duniawi
Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk menjauhi kemarahan dan menahan amarah, bahkan Rasulullah ﷺ pernah memuji Asyajj Abdul Qais yang memiliki dua sifat yang dicintai Allah yaitu lemah lembut dan santun.
3️. Menahan amarah dan meredamnya jika terjadi
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Barangsiapa mampu menahan amarahnya sedangkan ia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk pada hari Kiamat hingga Dia memberinya (kebebasan) memilih bidadari surga dan Dia menikahkannya dengannya sesuai kehendaknya.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
4️.Berta’awudz kepada Allah ketika marah
Salah satu obat mujarab untuk meredakan amarah adalah ta’awudz atau berlindung kepada Allah dari makar syaithan.
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Jika seseorang marah lalu ia mengucapkan “audzubillah” maka marahnya akan redam.” (HR. Ibnu Adi dan As-Sahmi)
5️. Diam ketika marah
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Ajarkanlah (islam), mudahkan dan jangan mempersulit. Berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari menjauh. Dan bila salah seorang diantara kalian marah, maka diamlah.”
(HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Ibnu Adi)
6️.Mengubah posisi tubuh saat sedang marah
Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah ﷺ,
“Apabila salah seorang dari kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi berbaring.”
(HR. Ahmad, Abu Daud).
7️. Memohonkan ampunan, memaafkan, dan bersabar
Allah Ta’ala berfirman,
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(QS. Ali Imran: 134)
8️. Tidak membalas keburukan dengan keburukan
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”
(QS. An-Nahl: 126)
Dari Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Siapa yang menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, hingga Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki.” (HR. Abu Daud, Turmudzi).
✍ Sumber :
👤Disarikan oleh Ustadz Rian Abu Rabbany dari buku “Panduan Amal Sehari Semalam” Karya Abu Ihsan al-Atsari dan Ummu Ihsan hafizhahumallah
🌐kajiansunnahbandung.web.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar