Maaf Aku Lagi Sibuk
Penulis : abu zaid
Sibuk biasa jadi senjata pamungkas. Alasan untuk tidak menghadiri berbagai acara. Ga datang acara keluarga alasan sibuk. Ga datang walimah alasan sibuk. Ga datang nengok ortu alasan sibuk. Ga datang njenguk kawan sakit alasan sibuk. Sampai pun tak datang ngaji alasan juga sibuk. Pendek kata sibuk jadi penutup bagi berbagai alasan yang sebenarnya.
Jika kita sering memakai alasan sibuk sebagai pembenaran agar orang lain maklum. Memangnya kita kira orang yang hadir di berbagai acara itu pengangguran? Ga punya kegiatan? Atau orang tak berguna gitu? Memangnya para pejuang Islam yang begitu gigih siang malam itu pengangguran kah? Jangan sembarangan lah.
Mereka yang datang nengok ortu karena nyempetin. Mereka yang hadir nengok kawan sakit juga karena nyempetin. Mereka yang hadir ngaji juga nyempetin. Mereka korbankan berbagai kegiatan lain untuk melakukan kegiatan itu. Bukan karena nganggur. Bukan karena tak ada kesibukan.
Terus kalo kita ga hadir ngaji dengan alasan sibuk. Memangnya ustadz nya penganguran tanpa kegiatan? Memangnya kawan kawan yang rajin itu ga punya tanggung jawab lain. Mereka semua juga sibuk. Ustadz kita itu juga punya anak punya istri punya ortu yang wajib diurus. Beliau juga kerja atau usaha. Kawan kawan juga sama. Terus mengapa meraka tak bilang sibuk sperti kita?
Karena mereka faham untuk menyempatkan diri beramal sholih. Memanfaatkan waktu hidup untuk bersiap mati. Mereka sadar betul bahwa mereka pasti mati. Dan tak bisa menjadikan alasan sibuk di hadapan Allah jika di tanya kenapa ga ngaji? Kenapa ga dakwah? Kenapa ga berjuang? Alasan sibuk kita tak ada gunanya lagi. Pasti itu!
Dalam hadist riwayat at-Tirmidzi sebagai berikut:
عَنْ أبي يَعْلَى شَدَّادِ بْن أَوْسٍ عن النَّبيّ ﷺ قَالَ: الكَيِّس مَنْ دَانَ نَفْسَهُ, وَعَمِلَ لِما بَعْدَ الْموْتِ, وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَه هَواهَا, وتمَنَّى عَلَى اللَّهِ رواه التِّرْمِذيُّ وقالَ: حديثٌ حَسَنٌ, وقال الترمذي وغيره من العلماء: معني (دان نفسه): أي حاسبها
Dari Syaddad bin Aus dari Nabi SAW bersabda: ”Orang yang cerdas adalah orang yang menyiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang jiwanya selalu mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah.”
Al-Kayyis dari akar kata kaasa yakiisu kaisan wakiyaasatan yang bermakna ‘aqala, dharufa, fathuna. Yakni memahami, mengerti, cerdas, pandai. Sedangkan dalam definisi dalam hadits di atas al-kayyis adalah orang yang menyiapkan dirinya untuk bekal kehidupannya setelah mati. Bersungguh-sungguh menjalankan amanah Allah dan Rasul-Nya dengan sebaik-baiknya.
Nah, masihkah kita mau jadikan alasan sibuk untuk tidak ngaji dan dakwah? []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar