Rabu, 16 Maret 2022

KHILAFAH, ANTARA YANG MENGANGGAP REMEH DAN YANG MEMONSTERISASI


KHILAFAH, ANTARA YANG MENGANGGAP REMEH DAN YANG MEMONSTERISASI

Oleh : Ahmad Khozinudin
           (Sastrawan Politik)

Khilafah memang semakin menarik untuk didiskusikan. Saat ini, tak ada yang tidak mendiskusikan Khilafah, dari Kepala Negara, Menteri, Pimpinan Partai Politik, Anggota Dewan, Kepala Daerah, Birokrat, Akademisi, hingga Petani, Nelayan, Buruh, Sopir, sampai tukang ngerumpi di Warung Kopi. Semua mendiskusikan Khilafah.

Memang benar, tidak semua pro Khilafah. Dalam diskusi ada pro kontra itu biasa. Yang menarik, itu sebab yang menjadikan Khilafah menjadi objek diskusi.

Sepuluh tahun yang lalu, banyak orang masih asing dengan istilah Khilafah. Ada yang menyebutnya keliru dengan sebutan Khofifah hingga Khilafiyah. Sekarang, baik yang pro maupun yang kontra, semuanya begitu fasih mengucapkan istilah Khilafah.

Kehadiran Khilafah sebagai arus opini, objek diskusi, dan perdebatan di berbagai kalangan, tak lepas dari keberhasilan dakwah Islam dalam mengenalkan dan menjelaskan Khilafah. Terlepas ada banyak usaha untuk mendistorsi, memfitnah dan memonsterisasi istilah Khilafah, hal itu tak mampu menghalangi umat untuk kembali mempelajari Khilafah dan menjadikannya sebagai visi perubahan.

Diantara yang memonsterisasi Khilafah diantaranya adalah yang menuding Khilafah itu ISIS, Khilafah akan memecahbelah Umat, Khilafah anti persatuan, Khilafah anti keberagaman, Khilafah akan membunuh non muslim, non muslim akan terzalimi saat sistem Khilafah berdiri, dan seterusnya.

Padahal, saat ini semua tahu dan sepakat Negeri ini tidak menerapkan Khilafah. Buktinya, terjadi perpecahan, intoleransi, anti keberagaman, mayoritas tertindas oleh minoritas, 6 anggota FPI dibunuh tanpa pertanggungjawaban hukum, korupsi makin menggurita, terjadi kudeta partai politik, dan seterusnya. 

Semua pihak, juga paham saat ini pembantaian di Suriah, Irak, Palestina, Uighur, Rohingya, tragedi Yaman, dll, semua itu dilakukan oleh Amerika, Rusia, Eropa, Israel, dan penguasa antek barat baik Bashar al-Assad, atau Rezim Tiran lainnya. Bukan dilakukan Khilafah, karena Khilafah belum tegak berdiri.

Adapun yang dilakukan ISIS adalah tanggung jawab ISIS bukan tanggung jawab Khilafah. Tuduhan kalau Khilafah berdiri akan seperti Suriah, juga tak ada dalilnya.

Disisi yang lain, ada juga yang ingin meremehkan Khilafah dengan terus mengekploitasi tentang kemustahilan pendiriannya. Misalnya, berulang kali menyebut Khilafah mimpi, visi utopia, kembali ke zaman batu, tak relevan dengan perkembangan zaman, dan seterusnya.

Padahal, jika mereka yang meyakini Khilafah itu mimpi cukup biarkan saja orang bermimpi. Kalau sudah terbangun dari mimpi, pasti terjaga dan meninggalkan Khilafah.

Ternyata, selain menuding Khilafah sebagai mimpi kelompok ini juga ikut menentang dan mendiskreditkan Khilafah. Satu sikap dan tindakan yang justru menegaskan Khilafah bukan mimpi.

Sementara, bagi elemen masyarakat yang bosan dengan Demokrasi, bosan ditipu pemimpin, bosan dengan janji perubahan melalui Pemilu, mulai melirik Khilafah. Dalam hati, mereka mulai jatuh hati pada Khilafah dan menaruh perhatian serius.

Mulanya, mereka diam dan mengamati. Lama kelamaan, bertanya dan berdiskusi. Semakin intens diskusi, mereka akhirnya meyakini dan ikut menjadi pejuang Khilafah.

Wis Wayahe Khilafah. Khilafah seperti matahari yang terbit, tak bisa dihalangi oleh apapun dan siapapun. 

Selamat Datang Era Khilafah, Eranya Kebangkitan Islam. Era baru Dunia Tersinari dengan Cahaya Islam, setelah sekian lamanya dalam kegelapan dibawah hegemoni Kapitalisme sekulerisme Demokrasi. [].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah, Akar Masalah, dan Cara Islam Tuntaskan HIV/AIDS

*Sejarah, Akar Masalah, dan Cara Islam Tuntaskan HIV/AIDS* Oleh: Yenni Sarinah, S.Pd (Aktivis Pendidikan Kelahiran Selatpanjang, Riau) ...