Senin, 19 Juni 2023

Cerpen Budaya 3

Dipersimpangan

Cerpen Malin Batuah



LAMA bekerja belum tentu tahu segalanya dan baru bekerja belum tentu tidak tahu apa-apa. Setiap orang punya waktu cerdas dan bodohnya masing-masing. Tugas kita adalah menemukan kapan waktunya itu ada pada diri kita masing-masing. Ada yang cerdas pagi hari lalu menjadi bodoh saat sore menjelang. Lalu kenapa ada manusia yang bodoh pada waktu pagi di artikan dia akan terus bodoh hingga sore hari. Mengapa menilai manusia hanya pada satu sudut pandang saja, bukankah manusia adalah makhluk yang istimewa?

***

Sarjana pertanian sudah di dapat, tentulah harapan orangtua adalah agar anaknya dapat kehidupan yang lebih layak daripada mereka. Perusahaan bank swasta Amerika membuka cabangnya di Indonesia dan membuka lowongan pekerjaan di kota bertuah. Saya pun sebagai putra daerah berbekal dengan kemampuan berbahasa asing yang bagus dan kemampuan analisa ekonomi ikut mendaftar hanya untuk menguji wawasan serta mengikuti ajakan teman untuk melakukan pendaftaran.

Satu November saya diterima bekerja di perusahaan Amerika ini setelah lolos seleksi dari seluruh Indonesia saya lulusan dari Pekanbaru. Dilanjutkan sesi wawancara saya ditanya “Apakah kamu mampu?”

“Mampu pak”, jawab saya.

“Orang melayu pandai kah bekerja di Bank ini, Amerika punya ini”

“Jangan, anggap remeh orang melayu!”, kata saya tegas.

“Saya buktikan kepada bapak, saya bukan seperti orang melayu yang bapak duga”, lanjut saya.

***

Saya dapat memahami manajemen amerika ini meragukan kemampuan saya dalam bekerja di bank swasta mengingat saya bukanlah lulusan perbankan melainkan alumni pertanian yang sejatinya bekerja menjadi petani bukan di kantor. Karena, saya berawal dari negeri bertuah. Saya termotivasi untuk bekerja lebih baik dari orang asing yang ada di perusahaan ini.

Senioritas memang sangat kental terasa di perusahaan yang katanya global ini, namun pengelolaannya tetap saja masih seperti kampung. Saya mengusulkan untuk merubah bisnis bank konvensional menjadi bank berbasis syariah. Apa kata pegawai lama lah yang benar, bila pegawai baru berkata kembali kepada kata-kata pegawai lama lah yang didengarkan oleh manajemen. Seharusnya setiap ide untuk memajukan perusahaan boleh datang darimana saja. 

***

April 1998, sepuluh tahun sudah saya mengabdi di perusahaan ini. Jakarta sudah mulai kurang kondusif karena bencana keuangan global yang berasal dari negeri paman sam. Krisis bank tidak mampu membayar bunga dari property dan ketidakmampuan para kreditur membayar kewajibannya kepada bank. 

Puncaknya pada Mei 1998, seluruh kota Jakarta terjadi riot and civil commotion apalagi mereka yang berperawakan seperti jepun dan cina akan langsung dihajar. Saya yang bermata sipit ini pun takut akan menjadi incaran kerumunan. Bos besar yang ternyata telah lebih dahulu mengetahui info dari pagi akan terjadi kerusuhan sudah berada di Singapura, lalu menginstruksikan kepada kami yang masih berada di kantor.

“Surya, kalian pergi ke Hotel Ritz Carlton”

“Bagaimana caranya Pak?” tanya saya

“Tak peduli caranya, seluruh biaya akan ditanggung kantor”, jawab bos besar yang kemudian langsung menutup panggilan telepon.

Tak mungkin pakai jas rasanya keluar dari kantor melihat banyaknya orang membawa kayu, linggis dan senjata tajam di tangannya, kemudian agar selamat kami harus berpenampilan seperti gelandangan yang ada di jalanan Tamrin. Dengan baju robek, wajah yang hitam kami hitamkan dengan pena, spidol dan tinta printer agar wajah kami tidak terlihat seperti mata sipit.

Sore menjelang maghrib pun kami bertiga tiba di hotel seperti pengemis melewati barikade, penghalang dan mobil-mobil yang telah dihancurkan. Hotel ini tidak dimasuki oleh para perusuh karena tentara telah terlebih dahulu tiba mengamankan lokasi. Satpam hotel menolak kami untuk masuk karena mengganggap kami adalah gelandangan. Uang di dompet dan kartu kredit pun kami keluarkan untuk membuktikan bahwa kami punya cukup uang untuk membayar menginap di hotel mewah ini. Setelah berdebat, lalu polisi datang mengambil uang kami dan mengancam bahwa kami akan dimasukkan ke dalam penjara apabila melawan.

“Dasar pencuri” gertak polisi tersebut.

Akhirnya kami pun tidur di jalanan.

***

Bersyukur kerusuhan hanya terjadi dalam waktu dua hari saja, apabila lebih lama lagi maka dapat dipastikan kami akan menjadi gelandangan permanen. Setelah kejadian kerusuhan tersebut perusahaan tidak mengganti kerugian yang kami derita karena tidak dapat dibuktikan berapa nominal uang yang telah di ambil oleh oknum polisi, dan bahkan kami dituntut untuk membayar perusahaan karena tidak menginap di Hotel yang telah ditetapkan untuk kami selama kerusuhan terjadi. “Halo, Bapak tahu bagaimana kami bertahan hidup dari kelaparan selama dua hari yang mencekam itu?”, tanya saya kepada teman-teman kami yang berhasil masuk hotel dengan selamat.

“Tak peduli!”, jawab pegawai lama dengan angkuhnya.

***

Lebih baik mencoba lalu gagal daripada tidak pernah mencoba sama sekali, karena nanti dia akan datang di hari tua dalam bentuk penyesalan. November merupakan bulan terakhir saya bekerja di bank swasta milik Amerika ini dengan logo warna kuningnya. Saya tinggalkan perusahaan amerika lalu menyambung hidup pada perusahaan sawit di Riau.

***

 


Referensi :

  • Cerpen Gawai Gedang karya Yurattia Yudian

  • Cerpen Penabur Ragi karya Ilham Fauzi

  • Cerpen Lelaki Berkubang Air Mata karya Bambang Kariyawan Ys

  • Cerpen Visa Januari karya Benny Arnas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah, Akar Masalah, dan Cara Islam Tuntaskan HIV/AIDS

*Sejarah, Akar Masalah, dan Cara Islam Tuntaskan HIV/AIDS* Oleh: Yenni Sarinah, S.Pd (Aktivis Pendidikan Kelahiran Selatpanjang, Riau) ...