By Abdul Rahman
Barangsiapa yang mempunyai kemampuan, tetapi ia tidak berkurban maka janganlah ia mendekati (menghampiri) tempat shalat kami," (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Mungkinkah ini mampu menjadi cambuk untuk semangat berkurban?
"Pak Kahar, apakah Bapak ikut berkurban di lingkungan sekolah? Saya lihat nama bapak ada dalam daftar tabungan peserta kurban." Ucap bendahara panitia kurban yang duduk disamping Pak Kahar di ruang rapat. Pak Kahar agak gugup menjawab, masih ragu-ragu soalnya. Anggota panitia kurban yang satu ini, mengajarkan bidang studi PAI di sekolah SD IT As-Syukru. Dalam rapat tersebut, bapak kepala sekolah menghimbau kepada semua anggota panitia untuk menyampaikan himbauan berkurban di kelas, dengan harapan selain surat edaran yang dikirim ke wali murid, juga ada ajakan dari para siswa kepada orang tua mereka nantinya, agar ikut bergabung berkuban di sekolah.
Pak Kahar secara berulang menyelipkan materi semangat berkurban ke kelas yang diajarnya. Guru yang dikenal suka menggunakan metode cerita hikmah dari setiap materinya itu, mendata siapa saja orang tua siswa yang sudah ikut ambil bagian dari ibadah kurban ini. Dia pun menyampaikan dua hadits nabi yang merupakan ajakan dan ancaman tentang berkurban. Guru yang disenangi oleh muridnya yang dikenal ramah dan penyayang ini pun mengirimkan dua potongan hadits rasul tersebut, agar lebih diketahui oleh banyak orang terutama wali murid.
Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya telah mengingatkan umatnya tentang perintah berkurban dan ancaman bagi yang tak mau berkurban berikut haditsnya,
Artinya: "Dari Abu Hurairah, "Rasulullah SAW telah bersabda, barangsiapa yang mempunyai kemampuan, tetapi ia tidak berkurban maka janganlah ia mendekati (menghampiri) tempat shalat kami," (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Nabi muhammad juga menyampaikan tentang balasan yang luar biasa buat orang yang berkurban melalui hadistnya,
"Tidak ada amalan yang diperbuat manusia pada Hari Raya Qurban yang lebih dicintai Allah selain menyembelih hewan. Sesungguhnya hewan kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulu, dan kuku-kukunya. Sesungguhnya sebelum darah qurban itu mengalir ke tanah, pahalanya telah diterima di sisi Allah. Maka tenangkan lah jiwa dengan berqurban." (HR Tirmidzi).
Mendengar penjelasan Pak Kahar tersebut, Zaidan berjanji akan mengajak orang tuanya berkurban di sekolah.
"Pak, kalau seandainya papa saya sudah berkurban di dekat rumah, masih bolehkan daftar kurban di sekolah?" Tanya Zaidan.
"Pertanyaan bagus, ketahuilah wahai anakku, bahwa jika kita mempunyai kelapangan rezeki tidak harus seekor kambing, bisa pula seekor sapi. Ini artinya jika papanya sudah berkurban di masjid dekat rumah boleh lagi berkurban di sekolah atas nama papanya, kakaknya atau atas nama diri ananda." Begitu penjelasan guru favorit mereka itu.
Zaidan pun bertekad untuk mengajak papanya berkurban di lingkungan sekolah. Alhamdulillah atas arahan Pak Kahar di setiap kelas yang dia ajar, ditambah lagi info di group kelas, jumlah peserta kurban terus bertambah.
Pak Kahar ditanya lagi oleh bagian keuangan tentang tabungan kurbannya, apakah akan didaftarkan menjadi peserta kurban tahun ini atau hanya dijadikan tabungan dulu atau ada rencana lain.
Lama Pak Kahar memikirkan pertanyaan tersebut. Dia terus mencoba berdialog dengan batinnya.
"Andai aku tak daftar berkurban, uang sudah ada tersedia, apakah nantinya akan berakibat buruk pada rezekiku atau keselamatan keluargaku? Aku berani menyuruh dan mengajak orang untuk beramai-ramai berkurban, sementara aku sendiri tak ikut berkurban."
Di sisi lain dia juga sadar bahwa sebenarnya uang tabungan itu bukan tabungan kurban, itu adalah uang UKT putrinya yang sudah harus dibayarkan bulan depan. Sengaja dia tabung, karena sering meminjam uang ke bagian keuangan untuk bayar UKT putrinya. Dia sudah segan, akhirnya dia putuskan untuk memotong gajinya walau sangat berat untuk mencukupi kebutuhan keluarga dengan sisa potongan gajinya.
“Apakah jika uang UKT ini dibayarkan ke pembayaran kurban, akan diganti Allah pada waktu yang sangat menentukan?” Dia ingat nasehat yang sering didengarnya dari para mubaligh bahwa jangan pernah ragu untuk berinfaq, Allah pasti akan mengganti dengan 700 kali lipat. Diapun juga ingat kisah nabi Ibrahim yang mengorbankan purtanya, Ismail.
“Ini tak tanggung-tanggung, kurban nyawa. Apalah artinya dibanding dengan kurban uang UKT, sangat kecil.” Pikirnya.
Dengan bismillah, dia segera menyampaikan ke bendahara, bahwa tabungannya silakan bayarkan untuk kurban tahun ini secara tunai.
Keputusan ini dia lakukan setelah mencoba berdialog dengan batinnya, mengukur kadar imannya dan takut akan risiko orang yang bisanya hanya menyampaikan dan tak mampu mengamalkan. Dia takut akan murkanya Allah.
Tentang tabungan kurban atau UKT hanya dia dan Allah yang tahu, ketika ada temannya yang menyampaikan bahwa dia saat ini sudah mapan dan lebih dari cukup, dia ingin jelaskan, tapi khawatir kalau ucapannya membuat rusaknya ibadah yang sudah diniatkan, diapun hanya bisa tersenyum dan mengatakan, amin kepada siapa saja yang sudah berkomentar bahwa dia sudah mapan.
Sehari sebelum penyembelihan, dia duduk dihamparan lapangan yang luas, disaksikan oleh langit yang sangat cerah dengan cahaya matahari menyala. Dia sedang khusu' mendengarkan khutbah hari raya yang sedang berlangsung.
Penceramah kembali menguraikan pengorbanan Ibrahim yang tiada duanya, tak ada diantara kita yang sanggup melakukan perintah tersebut, khatib juga menjelaskan ancaman nabi bagi siapa yang punya kelapangan untuk berkurban, lalu tak mau berkurban, jangan dekati tempat ibadah nabi, yang tentunya masjid.
Muncul rasa syukur dalam diri Pak Kahar yang sudah berusaha mengalahkan hanya nafsunya, membuang sifat kebinatangan dalam dirinya, berusaha untuk mendahulukan perintah Allah diatas hal-hal yang lainnya. Walau dia tahu bahwa menuntut ilmu itu juga wajib, dan membayar uang UKT berarti dalam proses menuntut ilmu. Semuanya sudah dia serahkan kepada Allah. Kelak Allah-lah yang akan memberikan keberkahan dan kemudahan untuk anaknya menuntut ilmu.
Buku Bacaan
1. Gema Takbir Bukit Tigapuluh, Raudal Tanjung Jawa Pos,29 April 2023
2. Pencari cahaya, Indarka PP, Sura Merdeka, 19 Maret 2023
3. Hari-hari Menjelang Kutukan Pak Haji Umar, Baron Yudo Negoro, Koran Tempo,22 Januari 2023
4. Belaian Ibu, DarmanMoenir, Republika, 26 Februari 2023
5. Dua Lelaki, Okky Madasari,Media Indonesia, 20 Januari 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar