Senin, 19 Juni 2023

Cerpen Lingkungan 2


Tema Lingkungan :

Pak Tua dan Setumpuk Sampah Kesenangannya
Karya : YeSa

Aroma kian menyengat, sesekali terdengar letupan kaleng semprot yang terbakar. Ah, asap ini menyesakkan nafasku di pagi hari. Kulihat pak tua itu menggali tanah setiap kali ia akan membakar sampah dan selalu ada kaleng kue di samping lubang galiannya itu.
Pak Giring namanya, ia bekerja sebagai petani puluhan tahun lamanya. Orang mengenal dia sebagai bapak peduli lingkungan. Untuk warga yang tak memiliki lahan untuk membakar sampah, berbondong-bondong menitipkan sampah ke rumah Pak Giring. Tentunya bukan dengan tangan kosong. Imbalan beragam, seikhlasnya.
Aku selalu melihat segala aktivitas Pak Giring dari pagar rumahku. Sesekali kulihat betapa lihai pak tua ini dalam memilah sampah yang dititipkan warga sekitar. Ada yang bisa ia daur ulang dan dijual kembali, sampah basah untuk bahan baku pupuk organik dan ada sebagian yang ia bakar.
"Pak Giring, apa kabarmu"
"Alhamdulillah, sehat. Kamu tidak ke sekolah hari ini, nduk?"
"Kan tanggal merah pak, libur."
Sesekali aku berkunjung ke rumah pak tua ini, walaupun fisiknya menua, tapi tenaganya selalu prima. Ini yang menjadikan aku kian terkesima, apalagi ketika Pak Giring sanggup memikul onggokan barang rongsokan yang masih bisa dijual. 
"Pak, apakah bapak tidak pernah sakit karena setiap hari bermain dengan tumpukan sampah, pak?"
"Alhamdulillah, nak. Kalaupun sakit ya palingan batuk dan flu biasa."
"Tapi ini kan kotor pak"
"Akan lebih kotor lagi kalau tidak segera diolah sampah ini, nak."
Setiap hari sepertinya rumah pak tua ini penuh dengan asap. Namun, anehnya warga sekitar tidak merasa terganggu dengan asap bakaran sampah Pak Giring. Pasalnya, sampah yang ia bakar bukan plastik, tapi dedaunan kering dan serpihan sampah kering lain yang tidak bisa di daur ulang. 

***

Di sekolah, kami mendapat tugas membuat berita tentang lingkungan. Aku terpikir untuk mewawancarai Pak Giring dengan aktivitas hariannya yang memberi solusi pada masalah lingkungan di sekitar rumahku. 
Akupun bergegas bersama kelompok penugasan dari sekolahku menuju rumah Pak Giring. Namun ketika itu ada 2 mobil pick-up datang menjemput kumpulan rongsokan yang masih bisa di daur ulang. Aku melihat Pak Giring menerima pembayaran dari agen rongsokan. Dan aku melihat ia mengumpulkan uang itu dalam kaleng kue. 
"Banyak juga ya sampah yang dibawa mobil tadi, Pak."
"Huss, itu bukan sampah biasa. Itu sampah berkah."
"Iya juga sih. Berkah karena menghasilkan pemasukan baru."
Kamipun bersegera mewawancarai Pak Giring dan membuat liputan ringkas tertulis untuk dilaporkan besok di sekolah. Pak Giring sungguh menginspirasi kami generasi muda untuk tidak menganggap sepele sampah dan tidak sembarang membuang sampah. 
Tak lupa Pak Giring memberi kami cara mendaur ulang sendiri sampah rumah tangga dan cara menghasilkan uang tambahan dari sampah rumah tangga. 

***

Hampir setiap hari kulihat Pak Giring menanam kaleng kue. "Apakah ada maksud tertentu ya?" Tanyaku dalam hati. Karena penasaran, akupun kembali berkunjung ke rumah Pak Giring untuk mencari tahu. 
"Pak, kenapa bapak menanam kaleng kue di tanah? Bukannya kaleng kue bisa di daur ulang?"
"Oh, itu ada kumpulan kertas istimewa yang belum bisa diperjualbelikan. Suatu saat akan ada juga gunanya."
"Oh, begitu. Aku baru tahu loh, ada kertas istimewa."
"Sttt… ini rahasia kita berdua ya."
Dan akupun pulang dan mengunci rapat rahasia ini. Namun, ya sudahlah. Lagi pula itu kesenangan Pak Giring. Melihat dia sehat dan bahagia, sudah cukup buatku sebagai tetangga dekatnya. 

***

Suatu ketika Pak Giring sakit parah. Ia dibopong warga ketika pingsan di Masjid setelah Salat Jum'at. Sungguh malang, Pak Giring yang telah lama ditinggal merantau anak-anaknya pasti kesulitan membayar biaya rumah sakit, pikirku. 
Namun, datang seorang utusan untuk menemuiku di rumah dan warga diminta membantu Pak Giring mengambil kaleng kue di dalam tanah rumahnya. Karena hanya aku yang tahu lokasi kaleng kue itu ditimbun, maka aku dijadikan penunjuk arah kemana hendak digali.
"Dek, dimana lokasinya? Pak Giring butuh segera selesaikan administrasi rumah sakit agar bisa dibawa pulang."
"Cari kaleng kue?"
"Ya, buruan. Itu pesan Pak Giring."
"Emang apa isinya, kenapa kayaknya penting?"
"Jangan banyak tanya, buruan."
Setelah menunjukkan lokasi yang di dalamnya terdapat puluhan kaleng kue, sebagian warga merasa tidak percaya. Mereka enggan menggali lubang di bawah onggokan sampah. 
"Kenapa tidak segera digali? Apa kalian jijik?"
"Ya, dek. Kan ini wilayah kotor."
"Kalau kalian jijik, seharusnya kalian berpikir bagaimana setiap harinya pak tua ini mendaur ulang sampah kalian. Sudah selayaknya kalian berterimakasih."
Akhirnya ada beberapa orang warga menggali area sampah itu untuk mengambil kaleng kue. Aku jadi penasaran, "mengapa di saat darurat Pak Giring butuh kaleng kue? Apakah kaleng kue bisa dijual dan cukup untuk bayar biaya rumah sakit?" Pikirku panjang belum temukan jawabannya.
Setelah dikumpulkan keseluruhan kaleng kue yang sengaja ditimbun Pak Giring, baru aku sadar bahwa kertas istimewa yang dimaksud Pak Giring selama ini adalah uang hasil menjual rongsokan sampah. Dan uang itu tidak sedikit. Lebih dari cukup untuk membayar biaya rumah sakit. 
Pantas saja pak tua ini senang menampung sampah warga, ternyata dibalik sampah yang tak berharga bagi orang lain, ada berkah tersendiri bagi yang telaten mengolahnya. Walaupun tidak semua orang senang dengan aroma busuk sampah ini, namun dari sampah kertas istimewa yang disenangi banyak orang bisa dihasilkan.

Pekanbaru, 09 Juni 2023
YeSa singkatan dari nama Yenni Sarinah. Memiliki nama pena Hazimah Khairunnisa’. Seorang jurnalis sekaligus ibu rumah tangga dengan 2 orang putera. Lahir di Selatpanjang pada 14 November 1989 dan telah menyelesaikan Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau jurusan Pendidikan Biologi.

Referensi Cerpen Tema Lingkungan : 
Dialog Senja Antara Laut, Pantai dan Angin - Karya : Hazimah Khairunnisa’
Lingkungan Yang Cerah - Karya : Benaya Nadia Mezza
Akash Sang Pahlawan Laut - Karya : Ariani Noer
Antara Langit, Bumi dan Matahari - Karya : Allen
Hutan Larangan - Karya : Peggy Laras Purwatika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah, Akar Masalah, dan Cara Islam Tuntaskan HIV/AIDS

*Sejarah, Akar Masalah, dan Cara Islam Tuntaskan HIV/AIDS* Oleh: Yenni Sarinah, S.Pd (Aktivis Pendidikan Kelahiran Selatpanjang, Riau) ...