Tema Sosial :
Hidangan Bu Nani
Karya : YeSa
Suara mesin air itu sering kudengar setiap jam 3 pagi. Sungguh, Bu Nani sosok istri idaman. Pagi buta telah ngepul asap dapurnya. Hidangan hangat menari indah bersama dentingan kuali dan sudip penggorengan yang saling beradu, tebarkan aroma sedap menu khasnya, nasi goreng ayam suwir.
Keluargaku telah lama bertetangga dengannya. Sosok ibu yang ramah dan sayang keluarga. Dalam sehari rutin tiga kali ia memasak. Kesemuanya tak sekedar menjadi aroma yang menumpang lalu. Setiap ketukan selalu saja ada sepiring hidangan hadir ke rumah kami. Sungguh tetangga idaman.
Dapur Bu Nani berseberangan dengan kamar tidurku. Setiap kali Bu Nani memasak, aku bisa melihat ia dengan memasak dengan senyuman yang hangat dan sapaan yang khas.
"Maaf ya nak, kalau masakan ibu aromanya masuk ke kamar kamu."
"Tidak apa-apa, Bu. Justru aku senang melihat ibu memasak dengan penuh suka cita dan aromanya MasyaAllah selalu harum."
"Sabar, nanti dikirim ya icip-icipnya."
Begitulah Bu Nani, tetangga rasa ibu sendiri. Beliaulah Ibu tetangga yang mewakili sosok ibu rumah tangga yang paripurna. Masakannya enak, lisannya ramah, dan selalu mentransfer aura bahagia.
***
Bu Nani bukanlah orang kaya, tapi hatinya selalu tampil istimewa. Kesehariannya ia adalah buruh cuci gosok. Suami Bu Nani berprofesi sebagai tukang yang selalu penuh jadwal borongannya. Anak-anaknya 5 orang semuanya laki-laki dan rupawan. Anak ketiganya seusianya, 5 tahun lalu kami baru tamat Sekolah Dasar bersama.
"Rina, ini sarapannya nak."
"MasyaAllah, Bu. Jangan repot-repot, Bu. Saya jadinya tidak enak terima makanan terus dari ibu."
"Tidak apa-apa, saya cari berkahnya hidup nak. Mohon bantu do'anya ya nak. Semoga bapak dan ibu sehat terus, bisa berbagi terus menerus."
"Aamiin Ya Mujibassailin. Terimakasih, Bu."
Itulah Bu Nani, tetangga yang menggelar sajadah sedekah sehari tiga kali rutin kepada tetangga terdekatnya. Walaupun hanya sepiring kecil lauk pauk yang ia antarkan. Namun, sudah menjadi pemberat hisabnya kelak, insyaAllah.
***
Fajar, anak Bu Nani datang ke rumahku meminjam buku sekolah. Katanya besok di sekolahnya akan ada ujian. Bukunya masih dipinjam temannya dan belum dipulangkan. Walaupun beda sekolah, buku kami masih sama.
"Jar, ibu kamu kenapa sangat baik sekali, jar? Apakah sejak dulu beliau begitu, jar?."
"Ya, selalu seperti itu sebelum kami pindah ke kota ini."
"Apakah ibumu tidak merasa rugi memberi makan tetangganya setiap hari tiga kali pula?"
"Do'akan saja rezeki kami diperluas sama Allah SWT ya, Rin. Makasih ya Rin, bukunya. Besok aku pulangkan."
"Okey."
Alangkah beruntungnya menjadi anak Bu Nani yang selalu terhidang masakan enak di rumah. Ini yang selalu menjadi hayalanku ketika melihat begitu hangatnya keluarga sederhana itu dalam mengarungi kehidupan yang serba sulit.
***
Musyawarah bulanan warga, kami dikumpulkan di aula desa untuk membahas program sosial. Niatnya warga ingin buat program rutin sedekah Jum'at. Namun, butuh koordinator yang bisa memasak makanan dalam porsi besar setiap pekannya.
Tanpa basa-basi Bu Nani menyanggupi tanpa minta imbalan sepeserpun. Tentu masyarakat menyetujui keputusan itu. Selain karena Bu Nani terkenal enak masakannya, beliau juga punya komitmen yang tinggi menyelesaikan semua tugas yang diamanahkan kepadanya.
"Untuk memasak setiap pekan, saya mohon izin bantuannya ya ibu-ibu. Minimal saya dibantu beberes bahan mentahnya. Urusan oseng-oseng dan takaran bumbu, biar saya handle."
"Baik, Bu. Nanti saya akan instruksikan ibu-ibu sekitar untuk bantu-bantu juga." Ucap pak RT.
Sungguh ramai respon program warga sekitar yang kurang mampu lewat program sedekah Jum'at. Hingga dari tempat lain juga menerapkan pola yang sama di hari yang berbeda. Sehingga setiap harinya ada yang bisa disalurkan kepada yang kurang beruntung dalam ekonomi. Hingga berkembang outlet gerobak berbagi.
***
Melihat geliat dan ketulusan Bu Nani dalam mensukseskan program berbagi ini, hidangan Bu Nani kian viral. Bu Nani sempat ditawarkan kerjasama dari pihak catering untuk mengisi beberapa menu baru di tempat catering itu.
"Saya senang bisa menemukan selera dan rasa baru dari hidangan Bu Nani. Sudi kiranya ibu menerima tawaran kerjasama kita ini."
"Udah, Bu. Terima saja." ucap suami Bu Nani menyemangati.
"Walaupun saya belum begitu yakin bisa menyanggupi, insyaallah akan saya usahakan semaksimal mungkin, Pak."
Hidangan Bu Nani menjadi primadona di kota kami. Bagaimana tidak, hidangan dari dapur sederhana kini telah mampu menjangkau banyak orang melalui berbagai kerjasama di bidang kuliner.
Tidak sampai di sana saja, hidangan Bu Nani kini telah dibukukan dan menyebar ke seluruh daerah, dan juga dapat dilihat langsung cara memasaknya lewat akun YouTubenya yang sudah mencapai puluhan juta subscriber.
Pekanbaru, 09 Juni 2023
YeSa singkatan dari nama Yenni Sarinah. Memiliki nama pena Hazimah Khairunnisa’. Seorang jurnalis sekaligus ibu rumah tangga dengan 2 orang putera. Lahir di Selatpanjang pada 14 November 1989 dan telah menyelesaikan Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau jurusan Pendidikan Biologi.
Referensi Cerpen Tema Sosial :
Bromocorah dan Kemiskinan yang Berlanjut - Karya : Mochtar Lubis
Kurma Kiai Karnawi - Karya : Agus Noor
Peradilan Rakyat - Karya : Putu Wijaya
Bang Acung Tidak Bunuh Diri, Yah - Karya : Aba Mardjani
Gincu Ini Merah, Sayang - Karya : Eka Kurniawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar