Senin, 30 Oktober 2023

Sejarah, Akar Masalah, dan Cara Islam Tuntaskan HIV/AIDS

*Sejarah, Akar Masalah, dan Cara Islam Tuntaskan HIV/AIDS*
Oleh: Yenni Sarinah, S.Pd (Aktivis Pendidikan Kelahiran Selatpanjang, Riau)


Musim hujan mengingatkan kita bahwa lebih baik sedia payung sebelum hujan turun. Begitupun dengan perubahan pancaroba yang turut mengundang hadirnya berbagai penyakit. Maka dengan selalu siaga di musim hujan, kita akan lebih mudah mencegah datangnya penyakit daripada mengobatinya. Hal ini serupa ketika kita berbicara tentang HIV/AIDS yang tak mampu dihilangkan walaupun dengan terapi ARV (antiretroviral), karena ARV hanya sekedar peredam virus HIV/AIDS bukan sebagai penyembuh. 

_Acquired Immunodeficiency Syndrome_ (AIDS) didefinisikan sebagai sekumpulan gejala dan penyakit yang disebabkan karena rusaknya sistem kekebalan tubuh akibat hadirnya virus _Human Immunodeficiency Virus_ (HIV). Keberadaan HIV/AIDS ini akan memperparah timbulnya penyakit lainnya seperti TBC, Herpes, Diare dan sebagainya.  Hingga saat ini belum ditemukan obat yang benar-benar menyembuhkan, padahal kata Allah SWT. setiap penyakit ada obatnya.

Menurut data dalam prosiding kuliah umum “Kesehatan Perempuan dan Perlindungan Sosial pada Pasien HIV dan AIDS” di Jakarta, Situasi HIV/AIDS di Indonesia pada 2008 terdeteksi sebagai kasus tercepat menyebar di Asia yang dilaporkan sekitar 200 kabupaten atau kota. Sedangkan yang tertinggi ada dari Cina, India dan Thailand. Padahal sudah sejak 1987 Indonesia terdeteksi terjangkiti penyakit ini. Namun, masalah ini belum menemukan titik terang baik dalam penanganan dan pemutusan mata rantai penyebaran.

Terbaru, di Pekanbaru menurut pemberitaan yang dirilis oleh Riau Antara News (14 Oktober 2023) terdapat setidaknya 115 penderita HIV/AIDS yang dilaporkan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru periode Januari - Mei 2023 dengan rincian 74 kasus HIV dan 41 kasus AIDS. Hal ini mengingatkan kita pada suatu kasus yang menimpa generasi muda Riau yaitu temuan bahwa Ketua dari komunitas menyimpang se-Indonesia berasal dari Riau. Dan temuan lain berupa grup whatsapp komunitas menyimpang di level SD di Riau.

Secara Nasional, memang Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah mencanangkan program 3 Zero: yaitu zero kasus baru; zero kematian akibat AIDS; dan zero stigma dan diskriminasi di tahun 2030. Namun hal ini belum akan terlaksana dengan baik jika program tidak didudukkan dengan sistem yang benar, sebagaimana yang telah diatur oleh pencipta alam semesta, Allah SWT.

*Sejarah HIV/AIDS Dunia*

Dikutip dari Kompas (25/08/2022), Penyakit _human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome_ (HIV/AIDS) adalah masalah kesehatan yang merenggut banyak nyawa secara global. Hal ini dibuktikan dengan data dari organisasi kesehatan dunia yang menyatakan bahwa sedikitnya 40,1 juta nyawa telah direnggut HIV/AIDS.

Pada mulanya HIV ini berasal dari simpanse dan simian immunodeficiency virus (SIV) yang menyerang imunitas simpanse dan kera. Dan penularan pertama ke manusia ditemukan pertama kali pada 1920. Kemudian pada awal 1987 ditemukan obat yang hanya mampu meredam virus HIV yang disebut ARV (antiretroviral). Kemampuan obat ini untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi risiko penularan HIV dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya.

Dari berbagai sumber, penularan HIV terjadi akibat adanya kontak fisik dengan cairan tubuh penderita baik itu melalui transfusi darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta air susu ibu (ASI). Dan HIV diketahui tidak akan tertular melalui udara, air, gigitan nyamuk, sentuhan fisik, air liur, air mata, maupun keringat. Tentu saja pengetahuan semacam ini akan menggiring masyarakat untuk waspada dan tidak mencap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dengan stigma negatif.

*Akar Masalah HIV/AIDS*

Kita sedang dihadapkan pada pilihan hidup yang sulit. Di satu sisi, ada suatu sistem yang telah adidaya mengatur kehidupan kita, sistem itu disebut kapitalisme. Kapitalisme ini turut menyebarkan paham kebebasan, paham materialistik, dan paham sekularisme yang berlawanan dengan cara Islam mengatur kehidupan penganutnya.

Kebebasan menggiring banyak orang untuk tidak mau terikat pada aturan yang mengikat sebagaimana yang Islam ajarkan. Dari sisi pergaulan laki-laki dan perempuan, Islam sangat mengaturnya dengan sangat baik. Dan  hal ini bertentangan dengan asas kebebasan ala barat. Dimana kebebasan menjalani kehidupan adalah hak masing-masing individu. Didukung pula dengan paham sekularisme yang melarang ranah agama mengatur kehidupan sosial bernegara. Ini makin diperparah dengan budaya materialistik yang menjadikan orang memburu dunia dan melupakan akhiratnya. 

Tidak sedikit manusia terjerumus dengan dunia foya-foya dan dunia kerja yang menyita waktu istirahat. Sehingga wajar jika kesehatan pun mulai terabaikan dan imunitas tubuh menurun akibat kelelahan bekerja. Budaya foya-foya menjadikan mereka individu yang bebas dalam menentukan arah hidup. Tidak jarang kita lihat budaya foya-foya ini kian meranumkan budaya seks bebas bahkan seks menyimpang. Sehingga hal ini kian memperparah proses pencegahan penyakit menular HIV/AIDS di sekitar kita.


*Cara Islam Tuntaskan Kasus HIV/AIDS*

Islam sejak dari awal kehadirannya yang dibawa oleh Rasulullah SAW. tidak diletakkan sekedar mengatur ranah agama saja. Tetapi Islam diwujudkan pula sebagai pengatur seluruh aktivitas dunia mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Bahkan Islam menjadi sistem yang handal di segala lini kehidupan, baik di ranah politik, pendidikan, kesehatan, keamanan, sosial budaya, dan sebagainya.

Dan dalam kasus HIV/AIDS ini, Islam telah menunjukkan cara yang jelas dalam menuntaskan perkara ini. Di Indonesia, HIV/AIDS meningkat disebabkan oleh perilaku pergaulan bebas serta rendahnya pengetahuan masyarakat tentang perilaku seksual berisiko, pencegahan penyakit menular dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan. Didukung pula dengan pelegalan prostitusi dengan dalil lokalisasi.

Jika dirunut dari kejadian yang berlaku, sudah sejak lama Islam memiliki solusinya. Pertama, pendidikan berbasis Islam. Dengan pendidikan, masyarakat akan dikuatkan pondasi akidahnya dan dituntun dengan tsaqofah (pengetahuan) yang mencegah mereka melakukan kemaksiatan dan menyemangati mereka untuk menjadi kontrol sosial dengan melakukan amar ma’ruf nahi munkar ke tengah-tengah masyarakat lewat program dakwah.

Kedua, peraturan yang tegas. Setelah pemberian pendidikan, masyarakat akan dikenai sanksi yang menjerakan. Tidak kenal jabatannya apa, kaya atau tidak, semua setara di mata hukum Islam. Setiap pelaku perzinahan yang telah menikah akan dirajam (dilempari batu) sampai mati, dan bagi yang belum menikah akan dicambuk 100 kali dan diasingkan selama satu tahun. Apabila ia perempuan dan hamil anak diluar nikah, maka pelaksanaan hukuman ditunda hingga anak itu lahir dan selesai masa menyusui selama 2 tahun. 

Hukuman ini terlihat memberatkan menurut mereka yang berpaham sekularisme. Padahal Islam telah mengajarkan penganutnya dengan konsekuensi hukum ini dan telah pun memberikan solusi sebelum perkara ini terjadi dengan membuka lebar-lebar pintu pernikahan dan mencegah pergaulan bebas dengan melarang ikhtilat, khalwat dan tabarruj yang menjadi pemicu perzinahan.

Ketiga, pengaturan sistem sosial masyarakat dengan memisahkan kehidupan laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Ini terlihat hingga kini di Masjid ketika salat berjamaah, dimana shaf laki-laki dipisah dari shaf perempuan dan diberi pembatas (tabir), serta perempuan dan laki-laki juga diajarkan untuk menundukkan pandangan (ghadul bashar) dan menjaga pergaulan agar tidak terjadi campur baur.

Keempat, pengaturan ekonomi juga menjadi poin penting dalam penerapan sistem Islam. Pasalnya tidak sedikit masalah ekonomi menjadi alasan masyarakat mengambil jalan menyimpang. Sebagaimana perempuan banyak memilih menjadi pelacur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal ketika masyarakat mau diatur oleh sistem Islam, urusan nafkah apabila suaminya dan keluarganya tidak mampu memenuhi secara layak, maka Negaralah yang akan mengambil alih tanggung jawab tersebut.

Dan banyak macam ragam pengaturan yang sesuai fitrah manusia, memuaskan akal kita, dan menentramkan hati jika semuanya bersandar pada hukum yang dibuat oleh pencipta manusia, Allah SWT. yang mana hukum yang dibuat itu telah pun paripurna tanpa cacat cela. Tugas kita sebagai manusia hanya mengikuti dan menerapkannya segera dalam kehidupan kita. Siapa lagi yang paling mengerti manusia selain dari pencipta manusia yang Esa? Wallahu a’lam bish-shawab.

Senin, 09 Oktober 2023

Nikmat yang dikufuri dan disyukuri


النعمة ترحل بكفرها حتى عن أطهر بقعة، فمحمد أعظم النعم، لما كفر له أهل مكة نقله اللّٰه إلى المدينة، النعم لا تحابي البقاع، وإنما تتبع شاكريها

Nikmat itu akan hilang karena mengkufurinya, meski ada di tanah paling suci; Nabi Muhammad ﷺ adalah nikmat teragung, tapi saat penduduk Mekah mengkufurinya, Allah pindahkan ke Madinah. Jadi, nikmat itu tidak memihak suatu tempat, tapi memihak orang yg mensyukurinya. (Syaikh Abdul Aziz Ath-Tharify)

Jumat, 29 September 2023

Kiai Rohmat S. Labib: Apa yang Terjadi di Rempang adalah Perampasan Tanah oleh Negara

Di kanal YouTube Bincang Perubahan berjudul: " Perampasan Tanah: Haram!" pada Jum'at, 22 September 2023, Ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja), Kiai Rohmat S. Labib menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi di Rempang itu adalah perampasan tanah oleh negara yang diberikan atau untuk diberikan kepada oligarki bahkan kepada asing.

"Apa yang terjadi di Rempang itu adalah perampasan tanah oleh negara yang diberikan atau untuk diberikan kepada oligarki bahkan kepada asing," tutur Kiai Labib.

Menurut Kiai Labib,  yang terjadi sekarang betul-betul perampasan tanah karena tanah itu secara sah telah lama dimiliki oleh penduduk rempang di sana.

"Terbukti kita semua tahu bahwa mereka sudah mendiami secara turun-temurun di tanah tersebut itu sejak ratusan tahun yang lalu dan bahkan sebelum Indonesia merdeka dan mereka  saat itu sudah berada di bawah kekuasaan  kerajaan di Riau sehingga pada saat itu mereka punya kerajaan begitu Indonesia merdeka dan Sultan Kasim menyerahkan kekuasaan kepada Indonesia maka mereka ikut secara wilayah ikut Indonesia," sambungnya.

Lantas ia menekankan, bahwa tanah yang dimiliki warga Rempang secara turun temurun kemudian beralih kepada pemerintah pada faktanya negara pada poin ini sebenarnya tidak lagi memiliki hak untuk merampas paksa tanah tersebut. Karen tanah yang sudah jelas menjadi milik warga Rempang - baik itu hasil membeli atau mendapatkan warisan - adalah milik rakyat Rempang dan dalam hal ini negara sama sekali tidak boleh mengambil apa yang sudah menjadi milik rakyatnya.

Dalam Islam sudah jelas sekali, ungkapnya, disebutkan bahwa mengambil tanah yang secara zalim itu merupakan sebuah kezaliman dan sebuah dosa besar. 

Kiai Labib mengutip, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Mani' tatha'a sibron minal ardhi dulman tawakahullahu yaumal qiyamati min saba'ina ardin." Artinya: "Siapa yang mengambil sejengkal dari tanah (cuma sejengkal saja) secara zalim, maka Allah akan timpakan kepada dia itu tujuh lapis bumi kepadanya." Ucap Kiai Labib.

"Begitu dahsyatnya siksa yang Allah berikan kepada orang yang mengambil tanah orang lain secara sepihak secara zalim dan  nabi memberikan perumpamaan itu sejengkal itu artinya mafhum mukhalafah, muwafaqahnya  kalau sejengkal saja itu siksanya seperti itu apalagi sekilometer, apalagi satu hektar, apalagi satu pulau itu tentu dahsyat sekali," ungkapnya sambil mencontohkan.

Menurut Kiai Labib, kalimat Jokowi yang mengatakan: "masak urusan rempang saja harus Presiden turun tangan." Hal ini menunjukkan bahwa Presiden sudah memasrahkan kepada Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri). Kalau Kapolri itu berkata phithing masing-masing satu orang maka artinya kezaliman yang nyata, tidak ada lagi kapolri bernegosiasi atas nama hukum terhadap warga Rempang yang mempertahankan hak konstitusinya.

 "Artinya Jokowi sudah tidak mau lagi untuk melakukan negosiasi dan sudah tutup pintu tidak mau melakukan itu. Sudah urusan polisi  menyelesaikan dan dia juga ancam pada forum yang lain menyebutkan bahwa kalau tidak bisa menyelesaikan saya copot," simpulnya.

Menurut Kiai Labib, bahasa yang disampaikan pemerintah sudah merupakan bahasa kekerasan bukan lagi bahasa yang bisa dinegosiasikan dan segala macamnya. 

"Kemudian kalau Ini masalahnya cuman komunikasi artinya dia tidak memahami hakikat persoalan," cetusnya.

"Dikomunikasikan bahwa mereka akan dapat tanah 500 meter dan rumah  tipe 45 lah sudah jelas kok, penduduk Rempang itu tidak mau pindah dari tempatnya," ujarnya.

Menurut Kiai Labib, sebenarnya kejadian ini merupakan satu tindakan yang sangat kejam sekali. 

"Cukup heran tidak tampak maksudnya perlawanan dari pejabat atau wakil-wakil rakyat yang ada di sana di Batam atau di Kepulauan Riau (Kepri) yang menunjukkan bahwa mereka adalah mewakili warga yang sekarang terjadi itu betul-betul warga menghadapi polisi sementara katakanlah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mereka dipilih oleh rakyat mewakili mereka yang seharus menyalurkan aspirasi maka tidak kelihatan gagah perkasa untuk membela rakyatnya," ujarnya.
 
Kiai Labib menilai tidak menutup kemungkinan kalau sudah mereka berhasil membeli pulau ini, lau pulau ini dikosongkan, tidak menutup kemungkinan pulau-pulau lain akan mendapatkan perlakuan yang sama tanpa ada perlawanan. 

"Sebenarnya yang disebut sebagai tanah air harga mati segala macam itu sudah enggak ada karena tanah itu sudah dijual kepada penguasa-penguasa oleh kepada oligarki cina-cina," pungkasnya.

Sumber : https://youtu.be/Y7WRGv1QfOc?feature=shared

Laporan dari : Yenni Sarinah, S.Pd (Kontributor Pekanbaru, Riau)

Isi al-Qur'an di Modifikasi dengan Nilai Budaya Cina, IJM: Permusuhan Nyata terhadap Islam



Melalui Kanal YouTube Justice Monitor pada Sabtu,23 September 2023, "Partai Komunis Cina Menulis Ulang al-Qur'an, Bikin Marah Umat Islam?." Sebagai Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM), menurut Agung Wisnu Wardana, rencana “sinisasi” atau modifikasi tafsir al-Qur'an digabungkan nilai-nilai Konghucu agar sesuai dengan budaya Cina oleh Partai Komunis Cina (PKC) merupakan tindakan permusuhan nyata terhadap Islam. 

“Tindakan Cina diduga sebagai tindakan permusuhan nyata terhadap Islam,” tegasnya.

Sinisasi adalah ideologi politik yang dipromosikan oleh Partai Komunis Cina (PKC) yang mengupayakan setiap individu dan lembaga secara ketat mematuhi prinsip-prinsip sosialis dan menyatakan kesetiaan kepada kepemimpinan komunis.

Agung mengungkapkan, tindakan ini senafas dengan kebijakan Cina terhadap muslim di Xinjiang, Cina Barat yang telah mengalami penindasan terus-menerus oleh rezim Cina. 

Semua hal tentang Islam dikriminalisasi. Mulai dari pelarangan jilbab, pelarangan jenggot hingga pelarangan sholat. Pria muslim dikumpulkan di kamp-kamp konsentrasi massal. Wanita muslimah dipaksa untuk menikahi pria-pria Cina dan masjid-masjid bersejarah mereka dihancurkan.

“Rezim tiran komunis seperti Cina tidak segan menggunakan semua cara dan alat untuk mengamankan kekuasaannya. Dalam hal ini penyebaran miss-informasi terhadap Al-Qur'an dilakukan oleh Cina. Tindakan Cina itu bukan perkara remeh, tapi sudah merupakan upaya permusuhan yang keji terhadap Islam,” tuturnya.

Terkait tindakan Cina tersebut, ia menegaskan hal itu karena permusuhan mereka terhadap Islam dan tidak memang begitulah sikap kaum kafir terhadap kaum muslim pada umumnya.

Umat Islam Butuh Junnah (Pelindung)

Agung menjelaskan, begitulah situasi umat ketika kita dibiarkan tanpa perisai dan pelindung. Betapa besar kerugian bagi umat Islam jika membiarkan rezim komunis Cina terus menindas umat Islam dan tidak ada yang bisa mencegahnya.

“Kebencian mereka terhadap kaum muslim dengan jelas diberitakan di dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala, Mereka (kaum kafir) itu tidak pernah berhenti memerangi kalian (kaum muslim) sampai mereka bisa mengembalikan kalian dari agama kalian pada kekafiran, andai saja mereka sanggup. Silahkan dibuka di Quran surat Al-Baqarah ayat 217, penjelasan tentang hal ini sangat clear,” pungkasnya. 

Oleh karenanya, umat Islam harus memiliki pelindung yakni kekuasaan kekuasaan yang sesuai dengan Islam. 

Kepemimpinan Islam Selamatkan Umat

Pemimpin yang adil akan menjadi pelindung sejati umat Islam berdasarkan sabda Nabi Allah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, “Imam itu laksana perisai. Kaum muslim akan berperang dan berlindung di belakang dia.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Adapun makna “Al imamu junnatun/Imam adalah perisai”, Agung mengutip penjelasan Imam an Nawawi maksudnya adalah ibarat tameng karena Imam atau Khalifah yang mencegah musuh untuk menyerang atau menyakiti kaum muslim, mencegah anggota masyarakat satu sama lain dari serangan, melindungi keutuhan Islam. 

“Penting menghadirkan kembali kepemimpinan yang Islam dan itulah yang kita sebut dengan Khilafah Islamiyah yang akan dipimpin oleh khalifah yang akan melindungi umat Islam termasuk umat Islam di Cina,” pungkasnya lagi.

Sumber: https://youtu.be/lU0ly41gBEY?si=0eNCuNtFCeTDJWnD

Laporan: Yenni Sarinah, S.Pd (Kontributor Pekanbaru, Riau)

Senin, 25 September 2023

Bank Dunia Dukung Pembangunan PLTU dengan Jargon Investasi Kapitalistik

Bank Dunia Dukung Pembangunan PLTU dengan Jargon Investasi Kapitalistik

Riau News, 20 September 2023
https://riaunews.com/bisnis/bank-dunia-dukungan-pembangunan-pltu-dengan-jargon-investasi-kapitalistik/


Oleh Yenni Sarinah, S.Pd, Jurnalis, Pegiat Literasi Islam, Selatpanjang – Pekanbaru, Riau

Dikutip dari betahita.id (17/09/2023), Masyarakat Banten secara resmi telah mengajukan pengaduan terhadap Bank Dunia yang secara tidak langsung mendukung proyek pembangunan dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara Jawa 9 dan 10 ke Compliance Advisor Ombudsman (CAO), Rabu (13/09/2023) kemarin. Pembangunan PLTU baru tersebut akan memperluas wilayah kompleks PLTU Suralaya unit 1-8 sekaligus memasifkan dampak buruk atas kesehatan dan lingkungan yang selama ini dirasakan oleh masyarakat setempat.

Pengaduan itu diajukan oleh perwakilan masyarakat Suralaya bersama Pena Masyarakat, Trend Asia, serta Inclusive Development International and Recourse. Aduan tersebut memaparkan keterlibatan lembaga swasta pemberi pinjaman anak usaha Bank Dunia, International Finance Corporation (IFC) dalam proyek tersebut.

Dikutip dari voaindobesia.com (14/09/2023), IFC tercatat terlibat melalui investasi ekuitas sebesar USD 15,36 juta yang diberikan kepada kliennya sekaligus salah satu penyandang dana proyek PLTU Jawa 9 dan 10, Hana Bank Indonesia. Selain itu, proyek PLTU baru ini diperkirakan akan menyebabkan ribuan kematian dini dan akan melepaskan sekitar 250 juta metrik ton karbon dioksida ke atmosfer selama 30 tahun masa operasi.

IFC, Bank Dunia dan Hana Bank Indonesia tidak segera menanggapi permintaan komentar. IFC berjanji untuk berhenti berinvestasi di sektor batu bara pada 2020. Namun IFC tetap menjadi pemegang saham di lembaga – lembaga keuangan yang memiliki investasi di industri batu bara, seperti Hana Bank, selama mereka mempunyai rencana untuk menghentikan eksposur mereka secara bertahap.

Paradoks PLTU, Sumber Solusi dan Sumber Polusi

Sungguh miris melihat kondisi negeri ini. Di satu sisi negara juga membutuhkan ketersediaan listrik yang hal itu pun menuntut adanya pembangunan industri pembangkit tenaga listrik. Namun di sisi lain terdapat masalah polusi udara yang begitu parah dan jelas turut membahayakan kesehatan manusia.

Dikarenakan pembangunan saat ini telah dilandasi mindset kapitalisme, pembangunan akan selalu diarahkan dengan berorientasi keuntungan semata dan mengabaikan potensi resiko yang mengancam keselamatan dan kesehatan masyarakat.

Sedangkan Bank Dunia yang turut bersinergi dengan mode kapitalisme tetap memberikan dukungan pada pembangunan PLTU walaupun telah nampak dampak kerusakan yang dihasilkan dari pembangunan ini.

Sistem Islam meniadakan Pembangunan yang Merusak

Pembangunan yang merusak lingkungan tentu tidak akan dibiarkan bahkan ditemukan dalam sebuah negara yang menerapkan sistem Islam. Islam memahami bahwa keberadaan industri termasuk industri pembangkit tenaga listrik seperti PLTU ini penting dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas.

Namun dalam pandangan Islam terutama dalam hal politik perindustrian yang ditujukan untuk kemajuan negara dengan dukungan industri, keberadaan industri wajib diwujudkan negara dalam rangka untuk kebaikan hidup manusia dalam menjalankan perannya sebagai hamba Allah SWT.

Maka pandangan sistem Islam terhadap pembangunan PLTU adalah sebagai sarana industri yang menyediakan kebutuhan pasokan energi bagi rakyatnya. Sehingga peran negara harus lebih dominan dibandingkan para investor.

PLTU yang notabenenya menggunakan sumber daya alam berupa batubara, maka keberadaan industri ini wajib mengikuti hukum bahan bakunya yang termasuk harta kepemilikan umum. Sebagaimana hadist Rasulullah SAW. yang mengabarkan bahwa : “Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Dengan demikian, konsekuensinya adalah hanya negara yang berhak mengelola, mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekayaan alam tersebut. Dan hasilnya diberikan kepada warga negara dalam bentuk fasilitas umum yang menunjang kesejahteraan masyarakat luas.

Sehingga perindustrian pembangkit tenaga listrik wajib dibangun oleh negara dan kepala negara seharusnya melarang individu maupun swasta untuk menguasai atau memiliki hak milik umum ini.

Negara dengan sistem Islam hendaknya tidak menjadikan investor-investor asing sebagai lintah dalam pengelolaan sumber daya alam. Karena dengan jargon investasi, para swasta kapital akan memiliki celah untuk menguasai hasil sumber daya alam. Hal ini terbukti menjadi bumerang bagi rakyat untuk diusir dari wilayah tempat tinggalnya dengan alasan investasi seperti yang terjadi di Rempang, Batam, Kepulauan Riau.

Negara hendaknya membangun industri pembangkit tenaga listrik seperti PLTU dengan tidak membawa dharar dan zalim. Dharar adalah transaksi yang dapat menimbulkan kerusakan, kerugian, ataupun ada unsur penganiayaan, sehingga bisa mengakibatkan terjadinya pemindahan hak kepemilikan secara batil.

Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Sinan Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW. bersabda: “Tidak boleh melakukan perbuatan (mudharat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain.” (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruquthni serta selainnya dengan sanad yang bersambung).

Kewajiban Negara Mewujudkan Maslahat dan Menghindari Mafsadat bagi Rakyatnya

Secara sadar, pembakaran batubara pasti akan menghasilkan polutan yang membahayakan kesehatan manusia maupun lingkungan. Oleh karena itu, negara harus memerintahkan tim ahli lingkungan, ahli pertambangan, ahli perindustrian untuk membuat mekanisme agar hasil dari pembakaran ini tidak menimbulkan dharar dan zalim.

Kemudian turut membuat rancangan ambang batas polutan yang boleh dihasilkan industri sehingga alam dapat memulihkan polutan tersebut. Teknologi semacam ini telah dikembangkan seperti keberadaan Elektrostatic Precipitator (ESP) dan Continuous Emission Monitoring System (CEMS).

Teknologi ESP berfungsi menangkap debu dari emisi gas buang. Teknologi ini didesain menyaring dan menangkap debu dengan ukuran sangat kecil, kurnag dari 2 mikrometer hingga 99,9 persen. Serta teknologi ramah lingkungan pengendali polutan lainnya seperti Nitrogen Oksida (NOx) dan Sulfur Oksida (SOx).

Sedangkan teknologi CEMS adalah sistem yang memantau tingkat emisi penyebab polusi udara di cerobong asap pabrik. Hanya saja, dalam negara kapitalisme teknologi ini tidak masif digunakan dengan alasan biaya produksi.

Sementara pembangunan industri terus menerus dibangun hingga melampaui ambang batas daya lenting lingkungan. Beda dengan negara yang menerapkan sistem Islam, teknologi ini wajib digunakan dalam setiap perindustrian. Bahkan akan dikembangkan dan dirancang agar hasil emisi karbon bisa mencapai 0%.

Demikianlah solusi yang dalam sistem Islam untuk menciptakan pembangunan industri yang ramah lingkungan dan tanpa membahayakan kesehatan manusia. Alhasil, perintah Allah SWT dalam bentuk syariat Islam yang utuh mampu mewujudkan kemaslahatan (manfaat) dan menghindari mafsadat (kerugian) bagi seluruh masyarakat bisa tercapai. Wallahu a’lam bish-shawab.

Harga Beras Merangkak Naik, Pasar Murah Solutifkah?

https://linimasanews.com/harga-beras-merangkak-naik-pasar-murah-solutifkah-oleh-yenni-sarinah/


Harga Beras Merangkak Naik, Pasar Murah Solutifkah?
Linimasa -September 25, 2023

Oleh: Yenni Sarinah, S.Pd. (Jurnalis, Pegiat Literasi Islam Selatpanjang – Pekanbaru, Riau)

Linimasanews.com—Di tengah lonjakan harga beras yang terjadi beberapa pekan belakangan ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau sudah melakukan upaya untuk menekannya. Di antaranya adalah dengan menggelar pasar murah. Solutifkah?

Dikutip dari mediacenter.riau.go.id (13/9/2023), Kenaikan harga beras yang terjadi di Riau, khususnya di Pekanbaru terjadi akibat gagal panen yang terjadi di Jawa dan Sumatra Selatan. Gagal panen di wilayah ini disebabkan karena faktor cuaca El Nino. Kondisi inilah yang menyebabkan kenaikan harga beras. Khususnya beras jenis topi koki dan belida.

Hal ini dibenarkan melalui pemberitaan yang dikutip dari republika.co.id (18/9/2023), Beras kualitas I dan kualitas II alami kenaikan harga selama tiga minggu berturut-turut di Kota Padang Panjang. Kabag Perekonomian dan Sumberdaya Alam Setdako, Putra Dewangga, mengatakan kenaikan harga beras dipicu dampak dari El Nino secara nasional, serta serangan hama tikus di Padang Panjang dan sekitarnya.

Sejauh ini, operasi pasar sudah dilaksanakan di beberapa titik di Kota Pekanbaru. Dalam waktu dekat juga akan ada operasi pasar di Dumai. Disperindagkop UMKM Provinsi Riau menyediakan sekitar 2 ton beras dan 150 papan telur ayam ras dengan jumlah pembelian dibatasi dengan rincian 20 kg beras dan 1 papan telur ayam ayam.

Pasar Murah Terbatas, Solusi Tidak Tuntas

Menurut data dari riau.bps.go.id, Provinsi Riau dengan jumlah rakyatnya pada 2023 berjumlah 6.735.329 jiwa dan terhitung jumlah penduduk miskin di Provinsi Riau pada Maret 2023 mencapai 485,66 ribu orang. Dengan rincian 196,50 ribu jiwa rakyat miskin di perkotaan dan 289,16 ribu jiwa rakyat miskin di pedesaan.

Dengan ketersediaan pasar murah dua ton beras untuk dibagikan dengan harga murah 20 kg per orang, jumlah ini hanya mampu menjangkau 100 orang saja. Pasar murah ini jauh dari jangkauan untuk rakyat miskin. Padahal dalam pandangan Islam, adil adalah menempatkan segala kebijakan pada tempatnya. Dengan demikian, tidak sekadar rakyat miskin yang diutamakan, tetapi seluruh rakyat yang juga masih butuh beras untuk makan.

Kapitalisasi Pangan Biang Masalah

Tata kelola pangan hendaknya menjadi perhatian serius negara dalam dimensi politiknya. Karena pangan merupakan salah satu dari enam kebutuhan dasar masyarakat, maka perlu ada perjuangan yang tidak instan untuk memulihkan kasus gagal panen dan keterbatasan pangan yang masif terjadi kebelakang ini.

Hal ini dapat kita lihat dari sistem yang dipakai dalam tata kelola negara. Sudah lama negara ini mengadopsi sistem kapitalisme yang menjadi para pemilik modal memainkan regulasi pangan, dengan berbagai alasan. Yang paling santer terdengar adalah harga pupuk yang mahal, lahan pertanian terbatas, hingga ke faktor cuaca ekstrem.

Negara pun turut membuka selebar-lebarnya bagi pihak swasta untuk mengkapitalisasi sektor pertanian. Sehingga harga jual dan jumlah stok regulasinya diatur oleh pihak swasta. Inilah yang menjadikan negara tidak memiliki kemandirian di bidang pangan. Kita pahami bersama, pemodal tidak mungkin mau rugi. Sehingga apapun cara dilakukan untuk mendapatkan keuntungan besar dengan modal seminimal mungkin. Padahal dalam pandangan sistem Islam, pihak swasta dilarang mengambil peran yang terkesan mendikte harga pasar.

Sistem Islam Mengatur Tata Kelola Pangan

Pembenahan tata kelola pangan harus dimulai dari landasan kebijakan nasional, bukan melalui mega jargon food estate. Kebijakan nasional hendaknya berpijak pada konsep pengurusan urusan masyarakat dengan melakukan politik pertanian yang sesuai dengan Islam, dimulai dari intensifikasi hingga ekstensifikasi guna diarahkan pada peningkatan produksi pertanian.

Intensifikasi pertanian sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Kebijakan intensifikasi ini dapat memanfaatkan lahan yang sudah ada melalui penggunaan bibit unggul, perbaikan kualitas dan nutrisi tanah, penggunaan pupuk yang sesuai dan juga adopsi teknologi pertanian.

Ekstensifikasi dapat dilakukan dengan tiga cara berikut: 1) perluasan lahan pertanian dengan pembukaan lahan baru berupa sistem nomaden atau berpindah-pindah ladang, 2) perluasan lahan pertanian dengan pembukaan lahan kering berupa penanaman pohon lamtoro dan kacang-kacangan untuk kembali menyuburkan lahan yang kering, dan 3) perluasan lahan pertanian pembukaan lahan gambut yang kaya kandungan air, seperti di Pulau Sumatra dan Kalimantan.

Selanjutnya perlu ada pendistribusian yang adil dan amanah, sehingga tepat sasaran, bukan diganjal diatas berbagai kepentingan oknum tertentu yang menjadikan pendistribusian sebagai alat pencitraan politik kelompok mereka. Negara juga harus siap memberikan subsidi yang menekan biaya tanam dan meningkatkan keuntungan petani. Sehingga masyarakat mencintai profesi petani, bukan malah cinta hujan emas di negeri orang dengan menjadi tenaga kerja buruh kasar di luar negeri.

Selain itu, dalam pandangan Islam, pangan adalah masalah strategis sehingga negara harus melakukan kemandirian dan tidak 100% tergantung pada negara lain apalagi harus tunduk pada aturan global yang justru mendikte kebijakan dalam negara dan merugikan masyarakat banyak.

Walaupun pertanian boleh dimiliki secara individu, untuk komoditas utama seperti beras yang menjadi kebutuhan penting masyarakat, maka negara harus berada di garda terdepan dalam menuntaskan masalah dan mengendalikan sektor ini. Bukan malah menjadi regulator pihak swasta dan melakukan kerja instan ketika pangan mulai rentan.

Kesemuanya mampu diwujudkan oleh sistem Islam sebagaimana dahulunya sistem Islam pernah menjadi peradaban agung selama 13 abad lamanya dan mampu mensejahterakan masyarakat di dua pertiga dunia. Siapapun boleh bersuara untuk menyatukan opini agar manusia kembali pada aturan yang Allah Swt. tetapkan sebagai pencipta. Terkait urusan kapan hal ini akan terwujud, itu menjadi rahasia sekaligus janji yang pasti terjadi.

Ketika Allah Swt. telah mengabarkan kabar gembira lewat lisan mulia Rasulullah saw. Maka kabar itu pasti benar. Sekarang yang kita butuhkan adalah pembuktian, akankah menjadi pemain ataupun diam dipermainkan musuh-musuh Islam. Jangan berhenti berpendapat, dan sabarlah menanti kebangkitan Islam di saat yang tepat. Wallahu a’lam bish shawab.

Mari, Sambut Islam sebagai Sistem Kehidupan

Problematika hidup masyarakat luas tanpa kehadiran Sistem Islam. Diantaranya pekan ini hangat isu:

1. *Wajah Kelam Anak Indonesia*

Eksploitasi anak terus terjadi dengan berbagai mekanisme, termasuk cara haram demi mendapatkan keuntungan. Realita ini menunjukkan bahwa anak berada dalam lingkungan yang tidak aman. Negara gagal menjamin keamanan anak.

Islam menetapkan negara sebagai pihak yang berkewajiban menjamin keamanan anak. Negara memiliki berbagai mekanisme perlindungan anak, termasuk dengan jaminan kesejahteraan, pendidikan kepribadian Islam, dan pemberian sanksi yang menjerakan bagi pelaku kejahatan.

2. *Konflik Agraria, Negara Membela Siapa?*

Konflik agraria sudah terjadi cukup lama, dan jelas merugikan rakyat, apalagi biasanya ganti rugi tak sepadan dengan harga tanah yang mereka ambil. Namun negara seolah membiarkan rakyat menderita dan lebih memilih membela kepentingan investor.

Islam memiliki tata cara kepemilikan tanah termasuk melindungi pemilik yang lemah. Negara boleh mengambil tanah rakyat untuk kepentingan umum dengan keridhaan pemilik dan dengan memberikan ganti untung yang tidak membuat rakyat susah.

3. *Angka Perceraian Sangat Tinggi , Mengapa?*

Tingginya perceraian menunjukkan rapuhnya bangunan keluarga. Ada berbagai sebab yang menjadi pemicu. Hal ini juga menjadi tanda lemahnya visi keluarga saat ini yang hanya berorientasi kepada duniawi. Juga lemahnya negara sehingga tak mampu mewujudkan perlindungan terhadap anak. 

Keluarga muslim seharusnya memiliki visi dan misi keluarga, yang dilandaskan kepada Islam. Negara memilki berbagai mekanisme untuk mewujudkan lingkungan yang aman dan nyaman. Tentram dan bahagia lahir batin.

4. *Peserta Didik Tidak Memiliki Keterampilan Dasar, Kok Bisa?*

Miris, lulus sekolah namun tak memiliki kemampuan dasar. Hal ini menunjukkan ada yang salah dalam kurikulum. Menjadi pertanyaan, pendidikan dasar yang gratis apakah juga lemah dalam mencapai target pendidikan?

Islam memberikan pendidikan gratis berkualitas atas dasar akidah Islam. Kurikulum pendidikan dalam Islam mencetak generasi berkualitas yang mampu menyelesaikan persoalan dan menjadi agen perubahan.

5. *Hilirisasi pangan asal ternak, mampukah mensejahterakan peternak dan bangsa?*

Hilirisasi digadang mampu meningkatkan kesejahteraan peternak di Indonesia. Namun hanya ilusi mengingat korporasi telah menguasai berbagai kebutuhan peternak di hulu, dengan modal besar dan teknologi tinggi. Korporasi dapat memainkan harga suka-suka.

Islam menjadikan negara pelindung peternak dan membantu menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi peternak, juga dalam membangun ketahanan dan kedaulatan pangan. Negara tidak akan membiarkan korporasi berkuasa sehingga memegang kendali kebijakan peternakan dan pangan.

-------

Masih betahkah kita jauh dari syariat Islam? Jauh dari Rahmatan Lil'alamin?
Meresahkan, lintah hadir diberbagai sektor. Yang memimpin, lemah. Yang bermimpi, dihalangi. Yang diam, menunggu mati. Yang bergerak berjuang, dibenci. Yang berkuasa, mabuk harta. Yang dikuasai, meregang nyawa.


Yenni Sarinah, S.Pd
Pekanbaru, 25 SEPTEMBER 2023

LELAKI HILANG JATI DIRI

LELAKI HILANG JATI DIRI
Oleh: Yenni Sarinah, S.Pd

Lelaki dalam Islam, bagi keluarganya, ia menghadirkan diri sebagai qowwam (pemimpin). Bukan pemimpi, yang hadir ketika tidur bersama saja dan santai cantik di rumah tanpa bekerja.

Lelaki dalam Islam, menjaga keluarganya lebih dari dirinya sendiri. Bukan membunuh waktu dengan aktifitas sia-sia yang sangat jauh dari kepribadian Islam. 

Lelaki dalam Islam, meletakkan istri dengan tugas wajibnya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Jikapun istrinya bekerja, ia akan selalu ingatkan bahwa prioritas istri adalah keluarganya. 

Lelaki dalam Islam, menjadi sebab bagi kehidupan akhirat keluarganya. Apakah akan masuk ke surga ataukah sebaliknya. Karena lelaki, kepemimpinannya bukan pada memberi penghidupan bagi anak istrinya, ia juga punya peran mendidik anak istrinya untuk kenal Islam dan menjalankan berbagai aktivitas kehidupan untuk mencari ridlo Allah SWT semata.

Lelaki dalam Islam, mencintai sampai mati, bukan setengah hati. Karena cintanya bersandar bukan pada kecantikan semata, bukan pada keturunannya, bukan pada hartanya, tapi cintanya murni lillahi ta'ala. 

Jika kamu lelaki masa kini namun belum seperti lelaki yang Islam gambarkan. Segera geser posisimu. Jangan betah dengan segala resah. Karena kamu diciptakan sebagai pemimpin wanita, bukan dipimpin oleh wanita. 

Foto sebagai renungan. Dunia sudah terbalik.


Pekanbaru, 25 September 2023

Minggu, 06 Agustus 2023

Kisah Islam


TERSINGKAPNYA BETIS BIDADARI 

Pada zaman Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa aali wasallam, hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid, yang berumur 35 tahun, namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah (teras) masjid Madinah.

Ketika sedang mengasah pedangnya, tiba-tiba Rasulullah Saw datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.

“Wahai saudaraku Zahid…selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah Saw menyapa.

“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid, sambil tertunduk tak kuasa melihat kharismatik wajah Beliau.

“Maksudku kenapa engkau selama ini membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah…,?” Tanya Rasulullah Saw.

Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku tak tampan, siapa yang mau dengan diriku ya Rasulullah?”

”Asal engkau mau, itu urusan yang mudah.” Kata Rasulullah Saw sambil tersenyum.

Kemudian Rasulullah Saw memerintahkan Sahabatnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita.

Setelah surat itu selesai ditulis, maka Rasulullah memberikan surat tersebut kepada Zahid dan memerintahkan agar segera mendatangi rumah Said dan menyerahkan surat lamaran tersebut kepadanya.

Disebabkan di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.

“Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasulullah yang mulia diberikan untukmu saudaraku.”

Said menjawab, “Wah, ini adalah suatu kehormatan buatku.”

Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya.

Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?”

Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong...”

Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini… bukankah lebih baik di persilahkan masuk?”

“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya.

Di saat Zulfah melihat Zahid, sambil menangis ia berkata,
“Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau dengan dia ayah..!”

Zulfah merasa dirinya terhina.

Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau…bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.”

Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama Rasulullah?”

Akhirnya Said berkata, “Lamaran kepada dirimu ini adalah perintah Rasulullah.”

Zulfah kaget kemudian beristighfar beberapa kali,
أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ...
Ia menyesal atas kelancangan perbuatannya itu. Seketika ia berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa tidak sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dinikahkan dengan pemuda ini. Karena aku ingat firman Allah dalam Al-Qur’an surah An Nur:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (النور ٥١)
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka diminta Allah dan Rasul-Nya agar Rasul yang mengadili (mengambil keputusan ) diantara mereka, ucapan yang muncul hanyalah : Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. An Nur 24:Ayat 51)”

Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang-layang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada taranya, dan segera melangkah pulang.
Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasulullah yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.

“Bagaimana Zahid?”

“Alhamdulillah lamarannya diterima ya Rasulallah,” jawab Zahid.

“Apakah sudah ada persiapan?”

Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasulallah, aku tidak memiliki apa-apa.”

Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke beberapa sahahbat untuk membantunya mendapatkan uang untuk menikah.

Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan perkawinan.

Tak lama kemudian setibanya di pasar, bersamaan itu pula ada pengumuman Jihad untuk perang melawan orang kafir yang mau menyerang masyarakat muslim Madinah.

Zahid Mulai bingung untuk menentukan sikap, menikah atau berjuang demi Agama Allah.

Akhirnya dia mencoba kembali lagi ke masjid. Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, “Ada apa ini?”

Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, apakah engkau tidak mengetahui?”

Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah jika begitu uang untuk menikah ini akan aku belikan baju besi dan kuda yg terbaik, aku lebih memilih jihad bersama Rasulullah dan menunda pernikahan ini."

Para sahabat menasihatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau malah hendak berperang?”

Zahid menjawab dengan tegas, “Hatiku sudah mantap untuk bersama Al Musthafa Rasulullah pergi berjihad.”

Lalu Zahid membacakan ayat AlQur'an di hadapan sahabat Nabi:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (التوبة ٢٤)
“Katakanlah, Jika bapak -bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum kerabatmu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu kuatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai , itu semua lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dengan) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At Taubah, 9:24).

Akhirnya Zahid maju ke medan pertempuran. Dengan hebatnya beliau bertempur, banyak dari kaum kafirin tewas di tangannya dan pada akhirnya beliau mendapatkan syahid. Gugur demi membela agama Allah dan Rasulullah. . .

Peperangan telah usai, kemenangan direbut oleh Rasul dan pasukannya.

Senja yang penuh dengan keberkahan ketika Rasullullah memeriksa satu persatu yang telah gugur di jalan Allah, sebagai Syuhada Allahu azza wajalla.

Nampak dari kejauhan sosok pemuda yg bersimbah darah dengan luka bekas sasatan pedang.

Rasulullah menghampiri jasad pemuda itu sambil meletakkan kepalanya di pangkuan manusia agung ini. Habiballah
memeluknya sambil menangis tersedu-sedu, "Bukankah engkau ya Zahid yg hendak menikah malam ini ??"
Tapi engkau memilih keridhaan Allah, berjihad bersamaku."

Tak lama kemudian Rasulullah tersenyum sembari memalingkan muka ke sebelah kiri karena malu.
Disebabkan karena ternyata sesosok bidadari cantik dari Surga menjemput Ruh mulia pemuda ini, dan tak sengaja gaunnya tersingkap hingga betisnya yang indah terlihat.
Ini yang membuat Rasulullah malu.
Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.”

Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur’an;

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ * فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (آل عمران ١٦٩ - ١٧٠)
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sejatinya mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.

Mereka dalam keadaan bahagia disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
(QS. Ali Imran, 3:169-170.)

Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata, dan Zulfah pun berkata,
“Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak dapat mendampinginya di dunia, maka izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”

✍️Mudah²an Allah Muliakan si penulis Dunia & Akhirat. Aamiin🤲

Sabtu, 22 Juli 2023

Bedah Puisi Yudi Muchtar

Membaca Yudi dalam Puisi: Kepada Al

Oleh. Reni Juniarti


Puisi merupakan ungkapan hati paling dalam dan paling jujur. Dikarenakan puisi merupakan ungkapan hati maka suasana puisi berkaitan erat dengan perasaan pengarangnya. Hal ini senada dengan pendapat Putu Arya Titawirya, yang mengatakan bahwa puisi adalah seni sastra yang mengungkapkan perasaan seseorang atau penyair sehingga hal yang ditulis sangat tergantung pada kondisi penyair. H.B Jassin juga menyampaikan puisi adalah karya yang melibatkan perasaan di dalamnya. Begitu juga halnya dengan puisi Kepada Al.

Puisi Kepada Al, merupakan sebuah karya yang indah dan jujur, tentu kemahiran penulis dalam memilah diksi merupakan salah satu faktor pendukungnya. Keindahan diksi ini bisa kita nikmati pada setiap rangkaian kalimat, kita juga ‘dimanja’ dengan banyaknya diksi yang tidak biasa bahkan mungkin kita butuh kamus untuk mencari arti kata tersebut, namun sama sekali tidak mengurangi keindahan puisi ini.

Kemampuan penyair muda asal Riau ini memang sudah tidak diragukan lagi dalam menulis puisi, dan tentu hal ini bukanlah kemampuan yang dimiliki dengan mudah dan simsalabim abracadabra. Tentu Yudi mengalami banyak pergolakan batin, melakukan perjalanan panjang serta latihan sehingga menulis puisi tidak hanya sebagai karya untuknya melainkan wujud perasaan yang sesungguhnya.

Membaca puisi Kepada Al, kita langsung disuguhkan pada sebuah pertanyaan, siapa Al? Apa hubungan penulis dengan Al? Akan tetapi semakin kita penasaran dengan sosok Al, sejatinya kita sedang membaca siapa Yudi? Puisi ini ditulis ringkas namun penuh dengan kata yang tidak biasa, seperti Yudi yang sederhana namun sulit ditebak. Sosoknya tidak sesederhana yang terlihat, ada banyak pergolakan batin yang sedang dialaminya.

Bisa dipastikan Al tidak sesederhana yang tertulis. Hal ini sudah tergambar bahkan sejak kalimat pertama.

Semenjak kau pergi, orang-orang di sini menjelma pusam. Aku sepi dan muram. Tak satu pun tempat bisa dijadikan simpam. Ceritamu silam menemaniku memeluk malam. Meski sempat suam, aku tak mau semua ini akan menjadi dendam. Al, tanpamu aku hampir padam (Kepada Al)


Pada bagian ini terlihat suasana hati yang tidak baik-baik saja, dan kata yang paling menarik adalah ‘simpam’. Yudi begitu cerdas memilih kata ini, entah kenapa saya seperti diajak untuk melirik lagi lokadrama Bayu Skak. Berkali-kali membaca dan berusaha memahami keduanya. Barangkali simpam adalah tempat pulang. Namun tentu Yudi tidak sesederhana itu, tempat pulang pasti tidak hanya merujuk pada tempat, bisa jadi maksudnya adalah suasana atau seseorang. 


Semenjak kau pergi, hari-hariku menjadi rinai. Rindu berderai. Airmata tersipai. Luka berkecai. Namamu terus dirangkai dan diringkai. Kenanganmu aku rantai pada pigura akan bersepai. Al, adakah doaku sampai?
Al, jika nanti aku ke sana, akankah kau menemuiku?
Seperti Tuhan yang akan menemui kita. (Kepada Al)


Jika pada bagian pertama kita disuguhi sebuah karya yang indah hampir luput dari sebuah kekurangan, namun pada bait berikutnya penulis terlihat sedikit bingung dalam mengurai perasaan. Hal ini biasanya terjadi ketika menulis sesuatu yang belum ‘matang’. Seperti ada keraguan pada setiap kalimatnya, dan puncaknya pada kalimat Kenanganmu aku rantai pada pigura akan bersepai. Kalimat ini terasa sedikit dipaksa untuk hadir dalam puisi ini. Seperti ada sekat yang kosong dan diisi paksa oleh penulis. 

Kebingungan ini seakan diperkuat dengan kalimat berikutnya, Al, adakah doaku sampai?. Ini seperti sebuah kalimat yang dengan terpaksa dihadirkan untuk menutupi makna kehadiran kalimat sebelumnya. Akan tetapi, bukan Yudi jika tidak mampu membalikkan keadaan, terbukti pada dua kalimat terakhir, keduanya seperti senjata pamungkas yang mengalihkan perhatian pada dua kalimat ‘memaksa’ di atasnya. Terakhir, puisi ini seperti Yudi, sederhana namun membingungkan. Ini tidak hanya tentang rindu dan kehilangan tapi lebih kepada ketidakberdayaan.

Mengenai siapa Al? Yudi seolah menyerahkan kepada kita pembaca. Apakah sahabat, kekasih, saudara, orang tua yang sudah tiada. Dan entah kenapa aku memilih Al sebagai Al Qur’an.

Pasir Pengaraian, 22 Juli 2023.


Kepada AI

Karya : Yudi Muchtar 


Semenjak kau pergi, orang-orang di sini menjelma pusam. Aku sepi dan muram. Tak satu pun tempat bisa dijadikan simpam. Ceritamu silam menemaniku memeluk malam. Meski sempat suam, aku tak mau semua ini akan menjadi dendam. Al, tanpamu aku hampir padam

Semenjak kau pergi, hari-hariku menjadi rinai. Rindu berderai. Airmata tersipai. Luka berkecai. Namamu terus dirangkai dan diringkai. Kenanganmu aku rantai pada pigura akan bersepai. Al, adakah doaku sampai?

Al, jika nanti aku ke sana, akankah kau menemuiku?

Seperti Tuhan yang akan menemui kita.


Sungai Jepun, 21 Juli 2023.

14.30 Wib


Sejarah, Akar Masalah, dan Cara Islam Tuntaskan HIV/AIDS

*Sejarah, Akar Masalah, dan Cara Islam Tuntaskan HIV/AIDS* Oleh: Yenni Sarinah, S.Pd (Aktivis Pendidikan Kelahiran Selatpanjang, Riau) ...